Senin 01 Jun 2020 09:04 WIB

Dukungan Lingard untuk Aksi Sancho

Winger Manchester United, Jesse Lingard, memberikan dukungan terhadap unggahan Sancho

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Jadon Sancho menyebut hattrick pertamanya selama karier profesional merupakan momen pahit
Foto: EPA-EFE/LARS BARON
Jadon Sancho menyebut hattrick pertamanya selama karier profesional merupakan momen pahit

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Winger Manchester United, Jesse Lingard, memberikan dukungan terhadap unggahan Jadon Sancho di akun instagramnya usai memborong tiga gol saat Borussia Dortmund membungkam Paderborn, 6-1, pada pekan ke-29 Bundesliga, Ahad (31/5) waktu setempat. Unggahan Sancho tersebut berisi soal keberhasilan mencetak hattrick pertamanya dan solidaritas terhadap korban kekerasan aparat kepolisian di Amerika Serikat, George Floyd.

Seperti dilansir Metro, Senin (1/6), Lingard mengutip unggahan Sancho tersebut dan kemudian menempatkanya di akun instagram miliknya tersebut. Bahkan, Lingard juga menampilkan foto Sancho saat melakukan selebrasi golnya dengan menunjukan kaus bertuliskan,''Keadilan untuk George Floyd''. Winger berusia 27 tahun itu akhirnya melengkapi unggahan tersebut dengan emoji ''berdoa'' di bagian bawahnya.

Baca Juga

Dalam unggahan di akun instagramnya, Sancho memang menyebutkan soal dukungan dan solidaritas terhadap George Floyd, pria afro-amerika yang menjadi korban kekerasan aparat kepolisian di Minneapolis, Minesota, Amerika Serikat, awal pekan ini. Sancho menybut, merasa senang lantaran mampu mencetak hattrick pertama dalam karier profesionalnya.

Namun, kesempatan itu juga dia manfaatkan untuk memberikan pesan soal perlawanan terhadap ketidakadilan, terutama yang berdasarkan sentimen rasialisme. ''Sangat senang dengan hattrick profesional pertama saya. Namun, saat ini adalah momen pahit buat saya sendiri, karena ada hal yang lebih penting yang tengah terjadi di dunia ini. Kami harus mengingatkannya dan membantu melakukan perubahan. Kita mesti bersatu dan melawan demi keadilan. Kita akan lebih kuat jika brsama-sama,'' tulis Sancho.

Pada awal pekan lalu, Floyd harus meregang nyawa saat lehernya ditekan menggunakan lutut salah satu petugas dari kepolisian Minneapolis. Kendati Floyd telah mengeluh tidak bisa bernafas dan meminta petugas kepolisian tersebut menghentikan aksinya, tapi petugas tersebut malah bergeming dan hampir selama delapan menit menekan leher Floyd.  

Floyd akhirnya meninggal dunia akibat kehabisan nafas. Kematian Floyd ini pun memicu aksi unjuk rasa dan protes di sebagian besar titik di Kota Minneapolis. Aksi protes ini diikuti oleh tindakan represif dari aparat. Imbasnya, aksi protes yang berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan dan diikuti penjarahan di sejumlah tempat.

Tidak berhenti sampai disitu, kematian Floyd ini pun memicu keembali isu yang lebih besar, yaitu protes terhadap tindakan sewenang-wenang petugas kepolisan terhadap warga Afro-Amerika. Hingga akhir pekan lalu, aksi protes tersebut telah menyebar di 30 kota di seluruh Amerika Serikat.

Suara dukungan dan solidaritas terhadap Floyd juga menyebar di dunia maya lewat #JusticeForGeorge. Berbagai publik figur dan tokoh terkemuka dari berbagai bidang pun ikut menyuarakan dukungan dan solidaritas terhadap Floyd, tidak terkecuali dari dunia olahraga, mulai dari legenda NBA, Michael Jordan, hingga atlet-atlet top dunia, seperti LeBron James dan Anthony Joshua.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement