Senin 01 Jun 2020 13:38 WIB

Kisah Penyintas, Awal Terinfeksi Hingga Sembuh dari Covid-19

Jeffrey sempat membayangkan akan meninggal dunia di ruang isolasi.

Rep: M. Fauzi Ridwan/ Red: Qommarria Rostanti
Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) menggelar webinar halal bihalal pada Ahad (31/5) malam.
Foto: istimewa
Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) menggelar webinar halal bihalal pada Ahad (31/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mantan Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia, Jeffrey Mulyono (69 tahun), menjadi salah seorang yang berhasil sembuh dari Covid-19. Saat pertama kali mengetahui dirinya terinfeksi virus corona, Jeffrey mengalami stres, bahkan sempat membayangkan akan meninggal dunia di ruang isolasi.

Dia menduga bisa terpapar Covid-19 karena sering menyentuh benda di tempat umum. Selain itu, dia juga jarang mencuci tangan meski sudah memakai masker dan menjaga jarak. Perlahan tapi pasti, Jeffrey membangun optimisme untuk sembuh.

Salah satu penyemangatnya agar bisa sembuh adalah dedikasi tenaga kesehatan atau medis yang berjuang merawatnya selama 42 hari hingga bisa sembuh. Jeffrey pun berniat untuk mendonorkan plasma sel untuk pengobatan pasien lain.

Sayangnya, usia Jeffrey yang hendak menginjak 70 tahun membuatnya urung melakukannya. Pasalnya, batas usia pendonor maksimal 60 tahun.

"Yang boleh (donor plasma sel) usia 16 sampai 60 tahun," ujarnya di acara webinar halal bihalal Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), Ahad (31/5) malam.

Meski tak bisa membantu pasien lain, Jeffrey tergerak menggalang bantuan berupa alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan. Menurut dia, dedikasi para tenaga kesehatan untuk merawat dan mendorong kesembuhan pasien Covid-19 patut diapresiasi dan didukung.

"Saudara bukan, tetapi mereka mendedikasikan diri untuk kesembuhan pasien. Dengan APD seadanya, tak sedikit tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19," kata dia yang kini selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai. Dia menyarankan kepada peserta lainnya dan masyarakat, selama pandemi sebaiknya disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, menjaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan.

Peserta webinar lainnya yaitu mantan juru bicara presiden era Gusdur, Wimar Witoelar (75 tahun). Dia bercerita, salah satu kegiatan yang dilakukan semasa pandemi yaitu selalu bersemangat dan berbahagia. Salah satu hal yang membuatnya bahagia adalah bisa menikmati pemandangan Gunung Gede dan Gunung Salak dari rumahnya.

Menurut Wimar, pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat kualitas udara di selatan Jakarta bersih sehingga kedua gunung tersebut bisa terlihat. Sehari-hari, dia bekerja dari rumah mengelola perusahaan konsultan komunikasi.

Wimar menyoroti tentang kebijakan new normal atau kenormalan baru yang diwacanakan pemerintah. Dia mengatakan dengan belum ditemukannya vaksin untuk Covid-19, maka masyarakat harus beradaptasi dengan kehidupan baru di masa pandemi.

Dia menilai kedisiplinan masyarakat pada masa new normal akan mendorong keberhasilan dalam penanganan pandemi Covid-19. Kedisiplinan tersebut bagian dari upaya mengikuti protokol kesehatan yang sering disosialisasikan pemerintah.

"Pemerintah tentu punya kekurangan, tapi kita sebagai warga negara perlu membantunya dengan disiplin, nurut sama protokol yang ditetapkan pemerintah," ujar Wimar.

Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro, yang tergabung dalam webinar mengatakan memasuki era new normal maka diperlukan sikap adaptif dari masyarakat namun dengan tetap mengedepankan keselamatan. Dia berpendapat, menormalkan kembali aktivitas produktif di luar rumah akan memulihkan ekonomi.

Sejak pandemi covid-19 terjadi, Hilmi menerapkan kerja dari rumah untuk 14 ribu karyawannya. "Data sudah ada di database yang bisa diakses dari mana saja sehingga yang bekerja di kantor atau dilokasi operasi bisa kurang dari 50 persen," ujarnya.

Dia mengatakan, di tengah pandemi, ekspor Indonesia masih bisa bertahan meski selama ini dianggap nilainya rendah. Menurut dia, domestic driven economy menjadi kekuatan saat ini untuk bangkit kembali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement