Senin 01 Jun 2020 15:48 WIB

New Normal, Dokter Dukung Penumpang Ojek Bawa Helm Sendiri

Meski dianggap merepotkan penumpang, bawa helm sendiri dinilai lebih aman.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Helm. Pengguna ojek disarankan untuk membawa helm sendiri di era kenormalan baru.
Foto: Septianda Perdana/Antara
Helm. Pengguna ojek disarankan untuk membawa helm sendiri di era kenormalan baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diserukan untuk tetap waspada dan berhati-hati agar tak tertular Covid-19 melalui benda-benda yang sering dipakai bersama atau milik umum ketika kelak memasuki era kenormalan baru. Mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Zaenal Abidin pun menyarankan agar masyarakat membawa helm sendiri saat akan memesan ojek daring.

Gagasan membawa helm sendiri sempat dicetuskan oleh Gabungan Aksi Roda Dua Indonesia sebagai bentuk protokol pengangkutan penumpang dalam era New Normal. Akan tetapi, ide tersebut dinilai merepotkan oleh penumpang ojek yang selama ini terbiasa mengandalkan helm yang disediakan pengojek.

Baca Juga

"Mungkin memang harus begitu," ujar Zaenal saat dihubungi Republika.co.id, belum lama ini.

Menurut Zaenal, helm yang disediakan pengendara ojek memiliki permukaan yang berpotensi disentuh oleh banyak orang. Akbatnya, permukaan helm bisa terkontaminasi virus corona tipe baru yang menjadi penyebab Covid-19.

Penumpang ojek sangat berpotensi tertular jika setelah menyentuh helm yang terkontaminasi virus kemudian tangannya memegang bagian-bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan juga mata. Di lain sisi, menggunakan jasa ojek juga sebenarnya tak menuruti protokol jaga jarak sosial.

"Lebih baik hati-hati dan selalu lindungi diri sendiri," kata dia.

Dalam kesempatan terpisah, peneliti virus dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, dr Rizalinda Syahril menjelaskan, virus corona menular dari orang ke orang lain melalui percikan sputum saat batuk, bersin, atau bercakap-cakap. Virus corona juga dapat masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yan terkontaminasi tinja penderita Covid-19.

Selain itu, menurut Rizalinda, virus corona dapat menyebar melalui airborne atau tindakan-tindakan yang menimbulkan aerosol. Virus corona juga menular melalui kontak atau ketika orang bersentuhan dengan cairan tubuh yang keluar melalui saluran napas penderita Covid-19.

"Penularan juga bisa melalui orang yang tanpa gejala," kata Rizalinda dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id dari diskusi online mengenai Pasca-Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Kehidupan Normal Baru.

Rizalinda mengungkapkan, metode pencegahan transmisi Covid-19 ialah dengan sering mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir selama 20 detik. Pencegahan juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan penyanitasi tangan berbasis alkohol dengan kadar minimal 60 persen.

"Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci, praktikkan etika batuk, termasuk menghalangi tersebarnya percikan liur ketika batuk dan bersin, hindari kontak dengan orang yang sakit, dan diam di rumah saja jika sedang  sakit," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement