Selasa 02 Jun 2020 21:02 WIB

Bank Dunia Dorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Usai Covid-19

Bank Dunia memprediksi sekitar 60 juta orang bisa masuk dalam kemiskinan ekstrem.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pengumpul barang bekas menarik gerobak bersama dua anaknya di Kebonjahe, Serang, Banten, Kamis (7/5). Bank Dunia memprediksi sekitar 60 juta orang bisa masuk dalam kemiskinan ekstrem
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Pengumpul barang bekas menarik gerobak bersama dua anaknya di Kebonjahe, Serang, Banten, Kamis (7/5). Bank Dunia memprediksi sekitar 60 juta orang bisa masuk dalam kemiskinan ekstrem

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia mendorong negara-negara berkembang dan komunitas internasional dapat mengambil sejumlah langkah untuk mempercepat pemulihan setelah pandemi Covid-19 berlalu. Krisis kesehatan ini telah memberi pukulan berat bagi ekonomi global terutama negara-negara miskin. 

Apabila krisis kesehatan ini tidak segera diatasi, Bank Dunia memprediksi sekitar 60 juta orang bisa masuk dalam kemiskinan ekstrem pada 2020. "Perkiraan ini cenderung meningkat lebih lanjut, dengan pembukaan kembali ekonomi maju sebagai penentu utama," kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass, melalui keterangan tertulis, Selasa (2/6).

Bank Dunia mengatakan langkah jangka pendek dalam mengatasi krisis kesehatan Covid-19 perlu disertai dengan kebijakan komprehensif untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang. Termasuk dengan memperbaiki tata kelola dan lingkungan bisnis serta memperluas dan meningkatkan hasil investasi dalam pendidikan dan kesehatan publik.

Untuk membuat ekonomi masa depan lebih tangguh, menurut Malpass, banyak negara akan membutuhkan sistem yang dapat membangun dan mempertahankan lebih banyak modal selama proses pemulihan. Kebutuhan akan sumber daya manusia akan meningkat seirig munculnya bisnis dan sistem tata kelola baru.

Adapun beberapa kebijakan yang bisa menjadi pilihan untuk mendukung pemulihan ini di antaranya melalui pinjaman yang lebih besar untuk mengundang investasi baru. Selain itu, diperlukan pula kemajuan kinektivitas digital, serta perluasan jaring pengaman tunai bagi masyarakat miskin.

"Ini akan membantu membatasi kerusakan dan membangun pemulihan yang lebih kuat," kata Malpass. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement