Selasa 02 Jun 2020 17:33 WIB

Epidemiolog: Bandung Belum Siap Terapkan New Normal

Epidemiolog dr Dicky Budiman menilai belum ada kota di Indonesia layak new normal.

Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (2/6). Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung kembali membuka 19 titik ruas jalan protokol yang semula ditutup dan disekat di Kota Bandung
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (2/6). Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung kembali membuka 19 titik ruas jalan protokol yang semula ditutup dan disekat di Kota Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Epidemiolog dari Griffith University Australia dr Dicky Budiman menilai wilayah Kota Bandung masih belum layak atau waktunya untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal. Bahkan menurutnya, secara keseluruhan, jika dilihat dari berbagai indikator, belum ada satupun wilayah kota atau kabupaten di Indonesia yang siap menerapkannya.

“Belum siap. Bandung belum siap. Belum ada satu wilayah pun yang siap. Sampai saat ini belum ada kabupaten kota yang siap,” kata Dicky yang dikutip dari keterangannya di Bandung, Selasa (2/6).

Menurut dia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis pedoman pelaksanaan new normal atau AKB. Ada beberapa indikator yang harus dipenuhi jika Kota Bandung akan melaksanakan AKB.

“Kita bisa menerapkan new normal bila mana pertama; dari sisi epidemiologi, dari sisi angka repoduksi di mana itu harus di bawah 1, jumlah kasus barunya paling ideal 0, kalau mau bertahap minimal berkurang setengahnya, nggak ada kematian akibat Covid-19. Itu dari sisi epidemiologi," kata ilmuwan yang juga berasal dari Bandung itu.

Selain dari segi epidemiologi, menurutnya indikator intervensi juga wajib diperhatikan. Misalnya cakupan pengetesan penyebaran penyakit, pelacakan penyakit, hingga kesiapan aturan, sarana, dan prasarana.

“Misalnya berapa cakupan testing-nya. Tidak boleh menurun jumlah testing-nya, minimal sama atau bagusnya meningkat dan (dilakukan) dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). Jangan sampai dikatakan kasus menurun karena testing menurun, berarti tidak valid,” kata dia.

Sejauh Ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara proporsional. Pasalnya, berdasarkan hasil evaluasi Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung termasuk masih berada di zona kuning, atau cukup berat.

Sedangkan ada 15 wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat yang diizinkan oleh Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Barat untuk menerapkan new normal. Wilayah yang diizinkan tersebut, yakni yang dinyatakan sebagai zona biru.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement