REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Epidemiolog dari Griffith University Australia dr Dicky Budiman menilai wilayah Kota Bandung masih belum layak atau waktunya untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal. Bahkan menurutnya, secara keseluruhan, jika dilihat dari berbagai indikator, belum ada satupun wilayah kota atau kabupaten di Indonesia yang siap menerapkannya.
“Belum siap. Bandung belum siap. Belum ada satu wilayah pun yang siap. Sampai saat ini belum ada kabupaten kota yang siap,” kata Dicky yang dikutip dari keterangannya di Bandung, Selasa (2/6).
Menurut dia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis pedoman pelaksanaan new normal atau AKB. Ada beberapa indikator yang harus dipenuhi jika Kota Bandung akan melaksanakan AKB.
“Kita bisa menerapkan new normal bila mana pertama; dari sisi epidemiologi, dari sisi angka repoduksi di mana itu harus di bawah 1, jumlah kasus barunya paling ideal 0, kalau mau bertahap minimal berkurang setengahnya, nggak ada kematian akibat Covid-19. Itu dari sisi epidemiologi," kata ilmuwan yang juga berasal dari Bandung itu.
Selain dari segi epidemiologi, menurutnya indikator intervensi juga wajib diperhatikan. Misalnya cakupan pengetesan penyebaran penyakit, pelacakan penyakit, hingga kesiapan aturan, sarana, dan prasarana.
“Misalnya berapa cakupan testing-nya. Tidak boleh menurun jumlah testing-nya, minimal sama atau bagusnya meningkat dan (dilakukan) dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). Jangan sampai dikatakan kasus menurun karena testing menurun, berarti tidak valid,” kata dia.
Sejauh Ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara proporsional. Pasalnya, berdasarkan hasil evaluasi Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung termasuk masih berada di zona kuning, atau cukup berat.
Sedangkan ada 15 wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat yang diizinkan oleh Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Barat untuk menerapkan new normal. Wilayah yang diizinkan tersebut, yakni yang dinyatakan sebagai zona biru.