Selasa 02 Jun 2020 23:29 WIB

GTPP Minta Warga tak Beri Stigma Buruk Pasien Covid-19

GTPP Kediri prihatin masih ada pasien alami stigma negatif dari masyarakat

Pengendara melintasi portal dengan penjagaan petugas linmas di Desa Tugurejo, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (23/5/2020). Sejumlah desa di Kediri menutup akses masuk wilayahnya untuk mengantisipasi warga luar desa berkunjung saat lebaran guna menangkal penyebaran COVID-19
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Pengendara melintasi portal dengan penjagaan petugas linmas di Desa Tugurejo, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (23/5/2020). Sejumlah desa di Kediri menutup akses masuk wilayahnya untuk mengantisipasi warga luar desa berkunjung saat lebaran guna menangkal penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Kediri, Jawa Timur, meminta warga tidak memberikan stigma berlebihan pada pasien dan keluarga yang sebelumnya dinyatakan positif COVID-19, sebab sakit tersebut bisa dicegah penularannya.

"COVID-19 tidak akan menular selama seseorang disiplin mematuhi protokol kesehatan. Pakai masker, cuci tangan pakai sabun atau cairan pencuci tangan dan selalu jaga jarak," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Kediri dr Fauzan Adhima di Kediri, Selasa (2/6).

Baca Juga

Ia mengaku prihatin jika masih ada stigma berlebihan yang dihadapi oleh masyarakat. Stigma dan ketakutan berlebihan dinilainya tidak tepat, sebab dengan disiplin penularan bisa dicegah.

Fauzan juga menambahkan, sesuai yang sudah disampaikan Wali Kota Kediri bahwa jangan menstigma pasien COVID-19. Terlebih lagi yang bukan pasien hanya karena ada hubungan keluarga atau bertetangga dengan pasien COVID-19.

Lurah Tempurejo, Kota Kediri, Suminarto, mengatakan bahwa dirinya mewakili warganya menyampaikan stigma negatif yang diterima warganya. Dirinya sedih sebab ketika ada warga lain mengetahui ada warga dari Lingkungan Kresek, Kediri, dijauhi.

"Kalau orang tahu dari Kresek (Lingkungan Kresek, Kota Kediri), langsung orang-orang menjauhi dan berlebihan menjauhinya," kata Suminarto. Ia mengatakan Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, terdiri dari dua lingkungan, yaitu Kresek dan Wangkalan.

Lingkungan Kresek merupakan daerah dengan terbanyak pasien terkonfirmasi positif COVID-19, yaitu sejumlah 10 pasien. Terdapat beberapa pekerja dari lingkungan ini yang kemudian dirumahkan gara-gara asalnya dari Lingkungan Kresek. Bahkan yang berjualan makanan juga menjadi tidak laku bila tahu asalnya dari Lingkungan Kresek.

"Padahal warga serta petugas BPBD Kota Kediri sudah bekerja dengan baik, sosialisasi," kata Suminarto menyayangkan.

Dirinya mencontohkan misalnya ada seorang remaja yang kemudian terkonfirmasi positif COVID-19. Sebelum dilakukan tes, setelah anggota keluarganya dinyatakan positif COVID-19, remaja tersebut sudah tidak keluar rumah.

"Jadi tidak tepat bila dikatakan setelah positif masih keluar dan terkesan menularkan. Berkumpulnya remaja ini sebelum ada yang terdampak corona. Ia memang banyak teman karena aktif di grup kesenian," kata dia. Ia pun berharap masyarakat saling gotong royong demi mendukung kesembuhan warga yang positif COVID-19 dan tidak lagi memberikan stigma berlebihan bagi pasien dan keluarga pasien yang mengalami COVID-19.

Di Kota Kediri, data per Selasa (2/6), jumlah orang dalam pemantauan (ODP) ada 322, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) 31, jumlah yang terkonfirmasi positif COVID-19 ada 45 orang, dimana 36 masih dirawat, satu masih dipantau, tujuh orang sudah dinyatakan sembuh, serta seorang meninggal dunia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement