REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu
Dua hari sudah Sultan Muhammad Al-Fatih rahimahullah mengurung diri di dalam tendanya setelah 40 hari bersama pasukannya mengepung Konstantinopel. Saat itu ia nyaris menyerah karena melihat tidak ada kemajuan berarti dalam pengepungan. Benteng Konstantinopel masih saja kokoh berdiri meski sudah dibombardir. Di tengah keputusasaan yang hampir datang, sosok sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, Abu Ayyub Al Anshari radhiyallahu anhu wa radhu anhu menjadi pematik api yang kembali membakar semangat Al Fatih.
Kisah itu bermula saat guru Al Fatih, Syaikh Aaq Syamsuddin rahimahullah yang nasabnya tersambung sampai ke Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu wa radhu anhu mengetahui murid kesayangannya tersebut sedang gulana. Ia lalu mengajak Al Fatih ke suatu tempat, yakni makam Abu Ayyub Al Anshari.
Syaikh Aaq Syamsuddin mengatakan, setelah tiga hari bermunajat kepada Allah, ia didatangi oleh Abu Ayyub dalam mimpi yang menuntunnya ke tempatnya dikebumikan. Di dalam mimpi, Abu Ayyub meminta Syaikh Syamsuddin menunjukkan makamnya kepada Al Fatih.
"Seperti yang engkau ketahui anakku, Abu Ayyub, sahabat Rasulullah, ikut berperang dengan pasukan Islam melawan tentara Romawi. Ia tak muda sepertimu. Ia tua dan sakit-sakitan, tapi tetap ingin berperang dan meminta dikuburkan di dekat tembok Konstantinopel agar bisa mendengar suara kuda pasukan penakluk Konstantinopel," kata Syaikh Syamsuddin.
"Percayalah, kau adalah panglima yang dikabarkan Rasulullah. Jika tidak sekarang, kamu tidak akan pernah bisa lagi menaklukkan Konstantinopel."
Nasihat Syaikh Syamsuddin itu membuat Al Fatih tersadar. Lebih-lebih ia menggali sendiri makam Abu Ayyub, sahabat mulia yang rumahnya menjadi tempat tinggal pertama Rasulullah saat hijrah ke Madinah.
Usai peristiwa itu, Al Fatih memiliki ide luar biasa cerdas. Selama ini, pasukannya gagal menembus benteng Konstantinopel lantaran ada rantai raksasa yang membentang di Selat Bosphorus, Rantai-rantai itu yang menghalangi kapal-kapal pasukan Al Fatih untuk menembus sisi lain Benteng Konstantinopel.
Karena tak bisa menembus lewat jalur laut, Al Fatih lalu memerintahkan pasukannya "menggotong" kapal-kapal perang melintasi daratan, melewati hutan belantara dan pegunungan untuk kemudian dikembalikan ke bagian Selat Bosphorus yang terlewati rantai. Keputusan itu menjadi titik balik Al Fatih menguasai peperangan. Setelah itu pasukan Al Fatih yang berada di atas angin, hingga Kota Konstantinopel akhirnya pun jatuh ke tangan umat Muslim.
Setelah penaklukan Kota Konstantinopel yang bersalin nama menjadi Istanbul, Kesultanan Ottoman memindahkan makam Abu Ayyub ke tepi benteng Konstantinopel di Istanbul seperti yang diwasiatkannya. Di samping makam beliau lalu dibangun Masjid Eyüp Sultan.