REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah tidak bisa membaca dan menulis. Sebab itu Rasulullah dijuluki ummy. Menariknya wahyu yang diturunkan pertama kali kepada Rasulullah adalah perintah untuk membaca atau seperti terdapat dalam surat Al Alaq.
Mungkinkah Nabi diperintahkan membaca, padahal Nabi tidak bisa membaca? Bagaimana Rasulullah membaca?
Ustadz Abdul Somad (UAS) menjelaskan perintah membaca yang berbunyi iqra dalam surat Al Alaq itu bermakna tadabbur atau merenungkan makna. Pemaknaan pertama menurut UAS terhadap kata perintah membaca atau iqra pada saat Rasulullah mendapat wahyu adalah melafalkan apa yang ada dipikiran, melafalkan apa yang ada dihati, mengulangi hafalan yang ada didalam diri.
Sementara itu, menurut UAS, orang-orang Arab tidak menyebut kata membaca dengan qara’a melainkan dengan mutolaah yang berarti melihat tulisan yang dibaca. Disamping itu, UAS menjelaskan budaya orang Arab pada saat itu menghafal.
“Jadi ketika kata iqra itu tidak serta-merta membaca yang tertulis, tetapi mengulangi apa yang ada didalam pikiran,” tutur UAS dalam pengajian online tentang Menyingkap Cara Membaca Rasulullah beberapa hari lalu.
Pemaknaan kedua tentang kata iqra dan ayat pertama surat Al Alaq adalah perintah merenungkan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Sebab itu iqra merupakan perintah untuk membaca alam semesta yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyah dan peritah untuk membaca wahyu yang diturunkan Allah.
Dalam awal surat pertama Al Alaq itu juga mengajarkan umat Islam mengawali segala sesuatu dengan menyebut nama Allah. Selain itu ayat tersebut juga memiliki kandungan hikmah agar manusia membaca segala macam hal dengan bingkai awal yakni menyebut nama Allah.