Rabu 03 Jun 2020 19:24 WIB

Produksi Ubi Kayu akan Ditingkatkan untuk Pangan Alternatif

Pemerintah mendorong program diversifikasi pangan pokok selain beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pengrajin mengupas kulit ubi kayu sebelum digoreng menjadi produk keripik ubi di sentra pengrajin kweipiki, Desa Saree, Kecamatan Saree, Kab, Aceh Besar, Aceh. Pemerintah akan mendorong produksi ubi kayu sebagai sumber pangan alternatif.
Foto: Ampelsa/Antara Foto
Pengrajin mengupas kulit ubi kayu sebelum digoreng menjadi produk keripik ubi di sentra pengrajin kweipiki, Desa Saree, Kecamatan Saree, Kab, Aceh Besar, Aceh. Pemerintah akan mendorong produksi ubi kayu sebagai sumber pangan alternatif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan meningkatkan produksi ubi kayu sebagai pangan lokal alternatif selama pandemi Covid-19. Pengembangan itu menjadi bagian dari program jangka panjang diversifikasi pangan pokok selain beras.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, mengatakan, komoditas ini patut diberikan perhatian lebih karena memiliki prospek yang bagus. Ubi kayu sudah dikenal oleh petani dan mudah dalam proses budidayanya. Tidak memerlukan lahan yang spesifik dan bahkan bisa ditanam di pekarangan rumah.

Baca Juga

"Mari kita mulai manfaatkan lahan yang ada, salah satunya ya dengan nanam ubi kayu ini," kata Suwandi di Jakarta, Rabu (3/6).

Ia memaparkan, luas panen ubi kayu di Indonesia tahun 2019 mencapai 630 ribu hektare (ha) dengan rata-rata produksi nasional sebesar 16,35 juta ton. Varietas yang umum digunakan yakni adira 1, 2, 4, UJ 3, 5, Malang 1, 2, 4, 6, Darul Hidayah, serta Litbang UK 2.

Ubi kayu banyak ditemukan pengembangan skala luas di sentra-sentra di wilayah Lampung Tengah, Lampung Utara, lanpung Timur, Wonogiri, Gunung kidul, Serdang Bedagai, Simalungun, Sikka dan berbagai daerah lainnya.

Namu, Suwandi menuturkan, pengembangan ubi kayu tidak bisa dipungkiri memiliki sejumlah tantangan seperti bibit unggul bersertifikat, kondisi harga, umur panen panjang, serta produktivitas yang masih perlu ditingkatkan.

"Tapi kita tetap optimistis ubi kayu bisa menjadi komoditas primadona asalkan dikelola dengan baik," ujarnya.

Suwandi memaparkan, terdapat salah satu jenis varietas yang bisa mencapai produktivitas hingga 102 ton per hektare dengan umur panen 10 bulan yaitu varietas Darul Hidayah.

Jenis singkong tersebut sudah banyak dibudidayakan, umbinya besar-besar sehingga harus menyediakan lokasi lahan yang cukup luas karena harus bisa menampung umbi yang cukup besar di dalam tanah.

"Jenis singkong ini banyak dipakai untuk industri mocaf (modified cassava flour," jelasnya.

Oleh karena itu, Suwandi mendorong petani lokal untuk bisa meningkatkan produktivitas ubi kayu, salah satunya dengan pemilihan varietas tersebut dan pemupukan. Jika rata-rata provitas ubikayu 26 ton per hektar maka bisa ditingkatkan lagi.

"Kita bisa pakai bibit yang bagus, seperti bibit gajah ataupun bibit Darul Hidayah dan sejenisnya, supaya bisa lebih kompetitif dengan produk luar,” terangnya.

Lebih lanjut Suwandi menyebutkan industri singkong saat ini sudah cukup banyak. Karena itu perlu didorong penyediaan bahan baku dari dalam negeri. Industri olahan singkong di Indonesia saat ini mencapai 21 unit, dengan mayoritas berada di Lampung sebanyak 8 unit dan di Jawa Barat 8 unit.

“Beberapa industri sudah ada yang menggandeng kemitraan dengan petani, seperti di Bangka Belitung. Petani rutin memasok kebutuhan singkong untuk industri disana sehingga petani bisa berproduksi dengan baik dan memiliki pasar yang jelas," ujarnya.

Dalam hal proses produksi tahun 2020, akan disalurkan bantuan budi daya ubikayu seluas 11.175 ha di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTB, NTT, Banten, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dengan total anggaran Rp 12,8 Miliar.

Kementan juga mendorong pemanfaatan KUR bagi pengembangan ubi kayu. Hingga akhir Mei 2020, realisasi KUR ubi kayu sebanyak Rp 321,8 miliar.

“Sesuai arahan menteri pertanian, pangan lokal menjadi pangan alternatif yang harus mulai diberi perhatian khusus. Manfaatkan lahan yang ada, bangun pangan lokal mulai dari skala rumah tangga supaya ketahanan pangan bisa terjaga,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement