Rabu 03 Jun 2020 22:47 WIB

Ahli Ekonomi Sarankan Kalbar Segera Terapkan New Normal

Guru besar Ekonomi Tanjungpura yakin Kalbar masih tumbuh bila terapkan New Normal

Sejumlah pengendara motor dan mobil memadati Jembatan Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (2/6). Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Prof Dr Eddy Suratman menyarankan Pemerintah Provinsi Kalbar segera menerapkan status
Foto: ANTARA/JESSICA HELENA WUYSANG
Sejumlah pengendara motor dan mobil memadati Jembatan Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (2/6). Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Prof Dr Eddy Suratman menyarankan Pemerintah Provinsi Kalbar segera menerapkan status "new normal" atau kenormalan baru untuk menghidupkan kembali sektor ekonomi di provinsi itu.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Prof Dr Eddy Suratman menyarankan Pemerintah Provinsi Kalbar segera menerapkan status "new normal" atau kenormalan baru untuk menghidupkan kembali sektor ekonomi di provinsi itu.

"Dengan adanya pandemi COVID-19 ini, perekonomian Kalimantan Barat masih bisa tumbuh meskipun tidak seperti biasanya yakni pada angka 5 persen. Untuk itu, kita perlu segera menjalankan new normal, dan ini menjadi PR bagi pemerintah daerah," kata Eddy saat menyampaikan materi pada diskusi online yang dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak, Rabu (3/6).

Menurut dia, jika hal tersebut terealisasi maka pertumbuhan ekonomi di triwulan ketiga dan keempat 2020 bisa mencapai angka tiga persen.

"Pertumbuhan ekonomi menjadi tantangan bersama. Pemerintah menyiapkan regulasi di tingkat bawah sementara masyarakat dituntut taat dengan protokol kesehatan yang diserukan pemerintah," tuturnya.

Untuk itu, kata Edi, pemerintah dan masyarakat perlu membangun optimisme di tengah pandemi dan mampu menangkap setiap peluang yang ada. "Yang saya garis bawahi ialah kata kuncinya kepatuhan akan protokol kesehatan, karena ketika masyarakat patuh maka reproduksi efektif bisa mencapai angka di bawah satu," katanya.

Ada pun yang harus dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat terus produktif dengan menggerakkan kembali UMKM untuk membantu pertumbuhan perekonomian. "Hanya saja untuk mencapai itu, perlu ada jaminan pasar sistemik dan adanya kebijakan normal baru ini menyadari pasar lokal benar-benar bisa dijamin," katanya.

Sementara Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan menyatakan normal baru yang diterapkan oleh pemerintah saat ini harus menjadi peluang bagi masyarakat untuk bisa terus produktif, karena justru banyak peluang yang bisa dibidik.

"Kenapa banyak peluang yang bisa diambil, contohnya, saat banyak barang impor yang tidak bisa masuk ke Indonesia karena COVID-19, dengan new normal ini menjadi tantangan bagi kita untuk mencari alternatif lain agar bisa lebih mandiri. Memang ada risiko dan tantangan yang harus dihadapi, namun ini lah tantangan karena keberhasilan tentu tidak bisa serta merta dicapai tanpa adanya tantangan yang harus dihadapi," kata Muda.

Untuk itu, katanya, penerapan new normal ini harus memacu agar menjadi lebih produktif, bukan malah stagnan karena banyak sektor yang tidak bergerak. "Ini justru harus dijadikan sebagai peluang. Dan untuk itu pemerintah Kubu Raya telah membuat regulasi untuk mendukung hal itu," tuturnya.

Menurut Muda, partisipasi publik diperlukan dalam menghadapi new normal membutuhkan gerakan yang luas dan serentak. "Makanya Kubu Raya menggencarkan gerakan 'kepong bakol', agar semua pihak bisa terlibat langsung dan semua bidang pembangunan bisa segera berjalan normal," katanya.

Ketua AJI Pontianak, Novantar Ramses Negara mengatakan, pihaknya menggelar diskusi online dengan tema "New Normal, Solusi Tetap Produktif di Tengah Pandemi" dengan menghadirkan empat narasumber dari akademisi, pemerintahan, kesehatan dan psikolog.

"Kegiatan ini merupakan agenda AJI Pontianak untuk menjawab setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat, serta memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Alhamdulillah, dalam pelaksanaannya, kegiatan diskusi ini bisa berjalan lancar, dimana setiap pemateri yang kita undang, mampu memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi peserta dan masyarakat yang notabenenya adalah jurnalis, mahasiswa dan masyarakat umum," kata Ramses yang juga bertindak sebagai moderator pada kegiatan tersebut.

Menurutnya, dampak wabah virus Corona (COVID-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Virus ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia dan Kalbar khususnya.

Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang menyebutkan wabah Corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha dan tatanan hidup masyarakat. Di Indonesia, pemerintah pusat dan daerah terus mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak virus Corona ini, salah satunya dengan menerapkan New Normal yang mulai dilaksanakan pada Juni ini.

Kata "New Normal" pun beberapa pekan terakhir menjadi istilah yang sering kita dengar dan ini terus digaungkan pada sejumlah media lokal, nasional bahkan internasional. New normal dikatakan sebagai cara hidup baru di tengah pandemi virus corona yang angka kesembuhannya makin meningkat.

"Melalui diskusi ini, diharapkan kita sebagai masyarakat Kalbar bisa bersiap untuk menjalankan kenormalan baru, agar bisa tetap terus produktif di tengah pandemi yang terjadi," kata Ramses.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement