REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan bukti yang memperkuat bahwa Mars pernah memiliki cincin seperti Saturnus. Penelitian terbaru berupaya menjelaskan soal orbit tak biasa dari salah satu bulan Mars bernama Deimos. Penjelasan itu turut memperkuat dugaan bahwa Mars pernah dan akan kembali memiliki cincin, layaknya Planet Saturnus. Cincin hadir sebagai bagian dalam proses kelahiran kembali bulan Mars lainya yang bernama Phobos.
Penulis utama penelitian ini adalah Matija Ćuk. Dia merupakan ilmuwan di SETI Institute. Temuan ini dipresentasikan pada pertemuan American Astronomical Society pada pekan ini.
Melansir laman Gizmodo, Kamis (4/6), Mars diketahui memiliki dua bulan sekaligus, yakni Deimos dan Phobos. Meski sama-sama memiliki orbit sirkuler, tapi Deimos berada sedikit di atas bidang ekuatorial Mars, sekitar dua derajat.
Kemiringan itu, kata Cuk, selama ini diabaikan saja oleh ilmuwan. Padahal kemiringan itu mengungkapkan rahasia besarnya.
Rahasia itu terkait dengan Phobos. Penelitian ini menyatakan, Phobos adalah bulan yang terperangkap dalam sebuah siklus kelahiran-kematian, yang dalam proses kelahirannya kembali menghasilkan cincin. Kelahiran itu terjadi secara berkala.
Teori itu sebenarnya pernah diajukan pada tahun 2017 oleh David Minton, seorang profesor di Universitas Purdue dan rekan Cuk untuk penelitian terbaru ini, Andrew Hesselbrock, mahasiswa pascasarjana saat itu.
Teori bulan siklik, demikian sebutannya, adalah upaya untuk mencari tahu bagaimana Mars memiliki dua bulan. Teori lain seperti asteroid yang masuk orbit Mars dan teori tabrakan antar objek telah gagal menjelaskan soal ini.
Dalam makalah teori itu tahun 2017, Phobos disebut perlahan tenggelam ke Mars. Akhirnya, dalam 70 tahun, tarikan gravitasi Mars tak bisa lagi ditanggung dan akhirnya Phobos hancur. Lalu, akan muncul cincin Mars baru yang pada gilirannya akan menghasil Phobos baru yang lebih kecil. Proses kelahiran kembali Phobos itu, kata Minton, terjadi antara tiga dan tujuh kali selama 4,3 miliar tahun terakhir.
Kaitan teori itu kemiringan Deimos adalah karena terjadi pergeseran posisi Deimos ke luar ekuatorial akibat dorongan proses kelahiran Phobos. Hal itu tampak oleh Cuk dalam simulasi komputer. Tampak efek kelahiran Phobos (yang ukurannya 20 kali lebih besar dari pada Phobos saat ini) memiliki efek yang besar pada orbital Deimos.
Sebagaimana ditunjukkan simulasi itu, Phobos yang baru lahir didorong ke luar oleh cincin Mars, pada akhirnya akan mencapai resonansi orbital 3:1 dengan Deimos (di mana periode orbit Phobos saat ini persis tiga kali lebih pendek dari periode orbital Deimos).
"Teori bulan Mars siklik ini memiliki satu elemen penting yang memungkinkan kemiringan Deimos: bulan yang baru lahir akan menjauh dari cincin dan Mars. Yang mana hal ini berlangsung dalam arah yang berlawanan dari spiral batin yang dialami Phobos karena interaksi gravitasi dengan Mars,” kata Cuk.
Pembekukan orbital Deimos itu, kata Cuk, terjadi bukan saat induk dari Phobos saat ini lahir. Tapi, terjadi selama proses kelahiran neneknya atau sekitar 3 miliar tahun lalu. Narasi ini cocok dengan usia dua bulan itu, Deimos berusia miliaran tahun dan Phobos versi saat ini berusia 200 juta tahun.