REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kelompok HAM Israel B'Tselem menyatakan selama dekade terakhir mulai April 2011 hingga Mei 2020, pasukan keamanan Israel telah membunuh 3.408 warga Palestina. Korban tersebut berada di wilayah Palestina yang diduduki dan di dalam Israel.
Dari ribuan kasus tersebut, hanya lima anggota keamanan Israel yang meliputi militer dan polisi mendapatkan hukuman. "Kami tidak memiliki jumlah penyelidikan yang dibuka untuk pembunuhan polisi," kata juru bicara media B'Tselem, Amit Gilutz, dikutip dari Aljazirah.
Gilutz mengatakan selama periode yang sama investigasi atas pembunuhan yang menyangkut militer terdapat sekitar kasus 200 warga Palestina dibuka. Sejarah mengungkapkan kasus yang dilakukan ini juga yang mengkhawatirkan banyak pihak atas pembunuhan Iyad Hallaq, warga Palestina dengan autisme, oleh polisi Israel.
Setelah peristiwa itu, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengeluarkan permintaan maaf yang langka. "Kami sangat menyesal atas kejadian ini. Saya yakin masalah ini akan diselidiki dengan cepat, dan kesimpulan akan ditarik," ujar Gantz dalam pertemuan pemerintah.
Tapi publik tidak dapat menerima begitu saja. Pemakaman Hallaq dihadiri oleh ribuan warga Palestina pada akhir pekan dan protes diadakan di beberapa kota Palestina di Israel.
Pembunuhan pria berusia 32 tahun ini terjadi pada saat demonstrasi di seluruh dunia bergejolak atas pembunuhan George Floyd. Floyd adalah seorang pria Afrika-Amerika yang meninggal pekan lalu oleh seorang petugas polisi. Petugas keamanan ini menekan lututnya ke leher korban selama hampir sembilan menit di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat.
Orang-orang Palestina dengan cepat membuat perbandingan antara kematian Hallaq dan Floyd dan poster-poster bertuliskan "Black Lives Matter" terlihat di protes itu. Ironi orang Israel yang mengadakan protes solidaritas dengan Floyd di Tel Aviv malah mengabaikan kasus di sekitarnya.
"[Demonstrasi] secara terang-terangan mencerminkan disonansi yang ada dalam komunitas Zionis," kata koordinator mobilisasi lokal di Grassroots Jerusalem, Amany Khalifa.
Khalifa menyatakan ketakjubannya tentang sikap masyarakat yang bisa menunjukan solidaritas terhadap kasus di luar negeri terhadap rasisme dan supremasi kulit putih. Namun, mereka tidak melihat masalah rasial yang perlu dipertanggungjawabkan atas masalah Palestina.
Warga Israel yang membunuh warga Palestina adalah kebijakan umum yang telah ada sejak awal pendudukan. Khalifa menjelaskan setiap warga Palestina selalu dicurigai. "Iyad terbunuh karena menjadi orang Palestina saja," kata Khalifa.