REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pendekatan yang dilakukan Amerika Serikat ke dunia Islam terbukti tidak efektif, bahkan studi pada 2004 lalu menyatakan ada yang salah dari cara interaksi negara adikuasa itu terhadap dunia Islam.
Sebuah badan penasehat dalam Pentagon mengakui bahwa pendekatan Amerika Serikat (AS) terhadap dunia Islam adalah salah. Gembar-gembor tentang demokrasi ke negara Muslim, kata badan tersebut, sebatas ''kepura-puraan''.
''Muslim tidak membenci kebebasan kita, namun lebih kepada kebijakan kita,'' kata laporan Defense Science Board, sebagaimana dikutip situs BBC, Kamis (25/11/2004). Defense Science Board menekankan bahwa jika AS menginginkan mat Islam bersikap toleransi, maka AS harus dapat memastikan bahwa tidak ada pemaksaan untuk mengadopsi ''gaya Amerika''.
''Mayoritas suara keberatan mereka adalah pada dukungan yang dipandang sebagai sikap sepihak terhadap Israel dan menentang hak warga Palestina, serta berlanjutnya dukungan, malah hal ini meningkat, terhadap yang dipandang sebagai tirani, terutama disaksikan di mesir, Arab Saudi, Yordania, Pakistan, dan negara-negara Teluk,'' lanjut laporan tersebut.
''Jadi, ketika diplomasi publik oleh AS menyebut soal demokrasi ke masyarakat Islam, maka ini tak lebih dipandang sebagai kepura-puraan semata,'' laporan tersebut juga menyebutkan bahwa invasi yang dipimpin AS di Afghanistan dan Irak telah meningkatkan rasa permusuhan terhadap AS. Lebih lanjut disebutkan, ''Tindakan AS tampaknya...didorong motif tersembunyi dan secara sengaja dikendalikan demi memenuhi kepentingan nasional AS dengan mengorbankan hak menentukan diri sendiri di kalangan Muslim.''
Secara umum, laporan berjudul Strategic Communication ini mengritik kebijakan AS sendiri terhadap negara Muslim. Defence Science Board adalah badan yang terdiri dari para ahli di kalangan warga sipil. Mereka ditunjuk Pentagon dan bertugas untuk memberikan nasehat dalam hal ilmu pengetahuan, teknis, serta bidang lainnya. Laporan setebal 102 halaman ini ini baru dibeberkan kepada publik dalam situs Defense Science Board pada Rabu lalu. Sebelumnya, salinan laporan ini telah disampaikan kepada Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld dan telah disampaikan pada 23 September 2004.
Menurut badan tersebut, AS telah gagal menjelaskan tindakan diplomatik dan militernya kepada dunia Islam. Masalah ini, kata mereka, bukan karena kegagalan strategi komunikasi AS. ''Pertentangan kepentingan. Kepemimpinan. Masalah kebijakan. Kesalahan membuat cemas teman-teman kita dan menciptakan musuh yang mendapat bantuan tertentu secara tak diduga. Masalahnya bukan terletak pada strategi komunikasi,'' kata mereka.
''Keberhasilan dalam upaya ini menuntut teladan dari presiden hingga ke jajaran di bawahnya,'' papar badan tersebut. Laporan ini menyerukan agar dilakukan perombakan besar-besaran mengenai cara AS menyampaikan kebijakannya. Termasuk yang disarankan badan tersebut adalah menciptakan ''struktrur strategi komunikasi'' di dalam Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih. ''Kampanye informasi, atau beberapa pihak masih menyebutnya 'perang ide' atau perjuangan untuk 'hati dan pikiran', adalah penting bagi setiap perang,'' kritik badan ini mengacu pada invasi yang dipimpin AS.
Lebih lanjut, laporan ini menyebutkan pula bahwa pemerintah AS telah gagal mengadaptasi strategi komunikasi model Perang Dingin. Padahal model tersebut masih dibutuhkan dalam menghadapi letupan-letupan yang selama ini menggunakan tameng Islam. Bahkan Defense Science Board mengakui bahw adanya agenda tersembunyi di balik slogan ''perang melawan terorisme''.
''Tampak berbeda jauh dengan masa Perang Dingin, AS kini tidak lagi berupaya menumpas ancaman, namun malah mencoba mengubah gerakan di dalam peradaban Islam untuk menerima struktur nilai-nilai Modernitas Barat, sebuah agenda tersembunyi di dalam slogan resmi 'perang melawan terorisme'.''