REPUBLIKA.CO.ID, Tanggal 4 Juni menjadi momen penting dalam sejarah China. Pada hari ini, tepatnya 31 tahun lalu, pasukan Partai Komunis China membantai para demonstran di lapangan Tiananmen. Ratusan orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya ditangkap. Media Barat bahkan menyebut jumlah korban tewas mencapai ribuan orang.
Pembantaian di Lapangan Tiananmen adalah puncak dari gerakan demonstrasi dipimpin mahasiswa China yang dimulai pada pada pertengahan April. Protes ini ditujukan terhadap ketidakstabilan ekonomi dan korupsi politik yang kemudian merembet menjadi demonstrasi pro-demokrasi. Hal yang sangat tak lazim di China.
Pada 21 April 1989, 100 ribu mahasiswa memulai gerakan protes di Lapangan Tiananmen, Biejing. Mereka memprotes kematian pemimpin Partai Komunis China yang sangat reformis, Hu Yaobang. Mereka juga menyurakan ketidakpuasan dengan pemerintah komunis China yang dinilai sangat otoriter.
Seperti dilansir History, keesokan hari setelah 21 April, upacara peringatan resmi untuk Hu Yaobang digelar di Aula Besar Rakyat Tiananmen. Perwakilan mahasiwa membawa petisi ke Aula Besar menuntut untuk bertemu Perdana Menteri Li Peng.
Namun, Pemerintah China menolak pertemuan itu. Hal itu memicu gerakan boikot universitas-universitas China di seluruh negeri, dan seruan luas untuk reformasi demokratis. Mereka mengabaikan peringatan pemerintah. Mahasiswa dari lebih 40 universitas berunjuk rasa ke Tiananmen pada 27 April.
Mereka bergabung dengan pekerja, intelektual, pegawai negeri, dan warga sipil lainnya. Kemudian, pada pertengahan Mei lebih dari satu juta orang memadati alun-alun Tiananmen.
Tiananmen merupakan situs proklamasi pemimpin komunis Mao Zedong yang mendeklarasikan Republik Rakyat Tiongkok pada 1949. Pada 20 Mei 1989, pemerintah secara resmi menyatakan darurat militer di Beijing. Pasukan dan tank pun dikerahkan untuk membubarkan para pembangkang. Namun, sejumlah besar mahasiswa dan warga lain menghalangi majunya tentara. Pada 23 Mei, pasukan pemerintah mundur ke pinggiran Beijing.
Pada 3 Juni, negosiasi untuk mengakhiri protes terhenti. Alhasil seruan untuk reformasi demokrasi meningkat, sehingga pasukan militer China menerima perintah dari pemerintah China untuk merebut kembali Tiananmen dengan segala cara. Pada akhir hari berikutnya, pasukan China secara paksa membersihkan Lapangan Tiananmen dan jalan-jalan Beijing.
Pembersihan itu menewaskan ratusan demonstran dan menangkap ribuan demonstran serta tersangka pembangkang lainnya. Dalam pekan-pekan setelah tindakan keras pemerintah, sejumlah pembangkang yang tidak diketahui dieksekusi mati, dan garis keras Komunis mengambil kendali tegas atas negara tersebut.
Komunitas internasional sangat marah atas insiden itu. Amerika serikat (AS) dan beberapa negara memeberikan sanksi ekonomi kepada China yang membuat ekonominya anjlok. Namun, pada akhir 1990, perdagangan internasional telah dimulai kembali, sebagian berkat pembebasan China atas ratusan pembangkang yang dipenjara.
Peringatan tragedi Tinanmen
Sementara itu, Masyarakat Hong Kong akan memperingati tragedi Tiananmen pada Kamis (4/6). Mereka mengabaikan peringatan otoritas yang telah melarang peringatan semacam itu diadakan.
Aliansi Hong Kong, pihak yang mengatur penyelanggaraan peringatan tragedi Tiananmen setiap tahunnya telah menemukan cara agar warga bisa melakukan hal tersebut meskipun terdapat larangan. Mereka telah menerbitkan jadwal untuk peringatan berbasis rumah.
Seperti dilansir dari laman BBC, Aliansi Hong Kong meminta warga menyalakan lilin pada pukul 20:00 waktu setempat di mana pun mereka berada. Kemudian diikuti pengheningan selama satu menit dan menyanyikan slogan.
Aliansi Hong Kong juga ingin mengirim delegasi dalam kelompok-kelompok kecil ke Victoria Park. Kepolisian Hong Kong telah mengatakan akan mengerahkan 3.000 polisi anti huru-hara untuk menghentikan peringatan yang lebih kecil atau dadakan.