REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Astronom mengonfirmasi adanya planet kedua yang mengorbit kepad bintang yang paling dekat dengan Matahari. Proxima Centauri merupakan bintang kedua yang terletak dengan matahari.
Hal tersebut diketahui berdasarkan tiga studi independen yang dilakukan para astronom berkenaan dengan eksistensi bintang tersebut. Data tahun 2016 menunjukkan bahwa bintang ini memiliki sebuah planet ekstrasurya yang mirip Bumi. Planet tersebut, Proxima Centauri b baru-baru ini dikonfirmasi oleh instrumen ESPRESSO ESA. Data lama yang diolah kembali menunjukkan bahwa Proxima Centauri b tidak sendirian mengorbit bintangnya.
Astronom kini menemukan sebuah planet lain yang lebih besar, lebih dingin dan lebih jauh di orbit Proxima Centauri yang dijuluki Proxima Centauri c. Dipimpin oleh Dr Mario Damasso dari Institut Nasional Astrofisika Italia (INAF), astronom menyisir data 17,5 tahun.
Tim menyelidiki sifat pergerakan bintang. Mereka menganalisis apakah gerakan itu disebabkan oleh proses internal atau tarikan planet terdekat. Laporan ini mendorong seorang Peneliti Senior Ilmuwan emeritus, Fritz Benedict dengan McDonald Observatory di University of Texas di Austin untuk mengunjungi kembali data sistem planet yang dikumpulkan lebih dari dua dekade yang lalu menggunakan Hubble Space Telescope.
Dengan menggunakan teleskop Fine Guidance Sensor (FGS) Benedict dan mitra penelitiannya, Barbara MacArthur memperoleh pengukuran tepat gerakan Proxima Centauri di langit. Mereka menjelaskan bahwa hal itu kemungkinan menarik planet "tersembunyi" pada 1990-an.
Pada saat itu, mereka hanya memeriksa data planet-planet dengan periode orbit 1.000 hari atau kurang. Namun, ketika Benediktus baru-baru ini menganalisis ulang data, ia menemukan sebuah planet dengan periode orbit 1.907 hari, Proxima c.
Gambar baru Proxima c di sepanjang jalur orbitnya, diambil dengan instrumen SPHERE pada Very Large Telescope di Chili, dan diterbitkan oleh tim dari INAF, telah menambah badan penelitian yang berkembang di planet ini. Gambar-gambar ini ditambah dengan pengukuran Hubble Benediktus dan studi pergerakan bintang Damasso, telah terbukti cukup untuk mengkonfirmasi keberadaan Proxima c.
"Pada dasarnya, ini adalah kisah tentang bagaimana data lama bisa sangat berguna ketika Anda mendapatkan informasi baru," kata Benedict.