Kamis 04 Jun 2020 14:10 WIB

Amazon Digugat Akibat Pola Kerja Tak Aman Selama Pandemi

Amazon dituduh menyulitkan karyawan jaga jarak sosial dan rutin mencuci tangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Amazon (Foto: Ilustrasi Amazon). Amazon.com Inc digugat karena diduga memicu penyebaran virus corona dengan menerapkan sistem kerja yang tidak aman bagi pekerja.
Foto: Flickr
Amazon (Foto: Ilustrasi Amazon). Amazon.com Inc digugat karena diduga memicu penyebaran virus corona dengan menerapkan sistem kerja yang tidak aman bagi pekerja.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Amazon.com Inc digugat karena diduga memicu penyebaran virus corona dengan menerapkan sistem kerja yang tidak aman bagi pekerja. Hal itu mencuat setelah salah satu karyawannya positif Covid-19 dan menularkannya kepada sepupu hingga berujung pada kematian.

Dilansir Reuters, Kamis (4/6), gugatan itu disampaikan oleh tiga karyawan Amazon di Pengadilan Federal Brooklyn, New York, Amerika Serikat (AS). Salah satu karyawan penuntut, Barbara Chandler, menuturkan, dia telah menjalani tes dan dinyatakan terinfeksi Covid-19 pada Maret lalu. Ia pun melihat beberapa karyawan lain termasuk sepupunya yang meninggal pada 7 April 2020.

Baca Juga

Gugatan itu menyatakan Amazon telah mempekerjakan sekitar 5.000 tenaga kerja dengan tempat yang berbahaya. Hal itu secara tak langsung menghalangi upaya untuk menghentikan penyebaran virus corona dengan meningkatkan produktivitas yang mengorbankan keselamatan.

Dikatakan, Amazon memaksa karyawan untuk bekerja pada "kecepatan yang memusingkan" bahkan seperti menyulitkan karyawan untuk menerapkan jarak sosial, rutin mencuci tangan, dan membersihkan tempat kerja mereka.

Amazon tidak segera menanggapi permintaan komentar atas isu ini.

Setidaknya, perusahaan yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat ini telah mendapat manfaat dari pandemi Covid-19. Sebab banyak konsumen tidak dapat mengunjungi toko fisik sehingga memilih berbelanja online lebih banyak.

Serikat pekerja, sejumlah pejabat dan beberapa pekerja langsung menyalahkan perlakuan Amazon terhadap pekerja, termasuk soal langkah pemecatan beberapa pekerja gudang yang mengkritik perusahaan.

Kepala Eksekutif Amazon, Jeff Bezos pekan lalu mengatakan bahwa Amazon tidak memecat orang karena mengemukakan kekhawatiran Covid-19, tetapi kritik yang dilontarkan pekerja yang bersangkutan tidak bisa dimaafkan karena melanggar peraturan. Amazon diketahui telah menghabiskan lebih dari 800 juta dolar AS untuk keamanan virus corona pada semester pertama tahun ini, termasuk untuk pembersihan, pemeriksaan suhu, dan masker.

Setidaknya 800 pekerja di pusat distribusi Amerika Serikat telah dinyatakan positif Covid-19, menurut penghitungan tidak resmi dari karyawan. Hingga akhir 2019 lalu, Amazon memiliki karyawan penuh dan paruh waktu dengan total jumlah sebanyak 798 ribu orang. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement