REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Petani kopi di Bengkulu mengeluhkan harga jual kopi yang turun hingga Rp 16 ribu per kilogram semenjak masa pandemi Covid-19 mewabah ke daerah itu.
Salah satu petani kopi, David saat dihubungi, Kamis (4/6), mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 harga jual kopi bisa mencapai di atas Rp 21 ribu per kilogram.
Dengan harga jual saat ini, David bersama petani kopi lainnya di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu memilih menunda memanen kopi karena harga yang dianggap tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan saat panen.
"Karena dengan harga jual Rp 16 ribu, dan paling tinggi Rp 18 ribu per kilogram itu tidak sesuai, karena ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan mulai dari upah petik, dan juga upah angkut dari kebun," ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan salah satu pengusaha kopi Bengkulu, Hery Supandi yang menyebut anjloknya harga kopi ini merupakan dampak pandemi Covid-19.
Menurutnya, semenjak pandemi Covid-19 permintaan kopi di pasaran menurun drastis, sehingga berpengaruh pada harga jual ditingkat petani.
"Kalau sebelumnya saya biasa beli kopi asalan dari petani itu diharga Rp 21 ribu per kilogram dan kalau kopi premium sebelumnya Rp 35 sampai Rp 40 per kilogram, sekarang harganya dibawah itu karena permintaan kopi sedikit," paparnya.
Selain itu, kata Hery, akibat dampak pandemi Covid-19 ia terpaksa membatalkan pengiriman kopi Bengkulu ke Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Padahal sebelumnya ia telah membuat perjanjian kerjasama dengan pengusaha kopi di Bandung untuk menjual kopi Bengkulu sebanyak satu ton.
Hery berharap rendahnya permintaan kopi yang akhirnya berpengaruh dengan anjloknya harga kopi Bengkulu ditingkat petani bisa mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat.
"Terpaksa dibatalkan karena Covid-19 ini, tetapi untung saja pada waktu itu saya belum memesan atau membeli pada petani," demikian Hery.