Kamis 04 Jun 2020 17:08 WIB

Tren Kasus Covid-19 di Jabar Diklaim Menurun

Total kasus yang masih aktif di Jabar hanya tinggal 0,62 persen. 

Rep: Bayu Adjie P/ Red: Dwi Murdaningsih
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar melakukan rapid test via Mobile Covid-19 Test, di Kota Cimahi, Ahad (31/5). Pengetesan masif secara intens dilakukan salah satunya untuk menghadapi penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal
Foto: Humas Pemprov Jabar
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar melakukan rapid test via Mobile Covid-19 Test, di Kota Cimahi, Ahad (31/5). Pengetesan masif secara intens dilakukan salah satunya untuk menghadapi penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) mengklaim tren kasus Covid-19 terus menurun. Karena itu, sejumlah daerah di Jabar telah dipersilakan untuk melaksanakan fase kenormalan baru (new normal) atau adaptasi kebiasaan baru (AKB). 

Wakil Gubernur (Wagub) Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, pada awalnya kasus Covid-19 di wilayahnya mencapai tiga persen. Namun, saat ini total kasus yang masih aktif hanya tinggal 0,62 persen. 

Baca Juga

"Sudah di bawah satu persen," kata dia di Kota Tasikmalaya, Kamis (4/6).

Ia bahkan menambahkan, Jabar dinilai sebagai salah satu provinsi terbaik dalam penanganan Covid-19 secara nasional. Menurut dia, keberhasilan menekan tren kasus Covid-19 di Jabar bukan hanya jasa pemerintah, melaikan juga aparat yang melakukan penjagaan ketat, juga kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

"Semua berkat kolaborasi banyak pihak," kata dia. 

Uu mencontohkan, Kota Tasikmalaya tadinya termasuk ke dalam zona merah penyebaran Covid-19 di Jabar. Namun, setelah dilakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terjadi penurunan kasus dengan signifikan di Kota Tasikmalaya. Saat ini, ia menyebut, Kota Tasikmalaya telah menjadi zona biru, sehingga diperkenankan memulai fase new normal.

Kendati demikian, ia mengingatkan semua pihak tetap waspada lantaran belum ada vaksin untuk Covid-19. Menurut Uu, terdapat tiga hal utama agar penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan. Pertama, masyarkat tetap harus tetap mendisiplinkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). 

Kedua, pemerintah harus melakukan tes Covid-19 dengan luas agar bisa memetakan wilayahnya. Terakhir, ketika timbul kasus pasien positif, penanganannya harus dilakukan dengan cepat, sehingga tak menyebar luas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement