Kamis 04 Jun 2020 20:41 WIB

Studi Barat: Fundamentalisme Amerika Lebih Bahaya dari Agama

Fundamentalisme agama bahaya tapi fundamentalisme Amerika lebih bahaya

Red: Nashih Nashrullah
Fundamentalisme agama bahaya tapi fundamentalisme Amerika lebih bahaya. Ilustrasi bendera Amerika
Foto: Kim Kyung-Hoon/Reuters
Fundamentalisme agama bahaya tapi fundamentalisme Amerika lebih bahaya. Ilustrasi bendera Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, Islam merupakan salah satu agama yang mendapat sorotan tajam. Ini terjadi karena berbagai peristiwa berdarah yang melibatkan umat Islam, terutama tragedi Black Tuesday 11 September 2001 yang menelan ribuan korban manusia tak berdosa.

Penyerangan gedung World Trade Center dan Pentagon, simbol kekuasaan ekonomi dan kedigdayaan militer Amerika Serikat, konon dilakukan oleh kelompok fundamentalis Alqaidah, pimpinan Usamah bin Ladin. Indonesia juga menjadi korban serangkaian tragedi kemanusiaan yang memilukan, seperti tragedi Legian Bali, JW Marriot, terakhir di depan Kedubes Australia, serta berbagai aksi bom lainnya, yang ditengarai dilakukan oleh kelompok fundamentalis Islam.

Baca Juga

Kaum fundamentalisme Islam digambarkan dan dicitrakan dengan sosok dengan ciri tertentu yang bersifat fisik yang senantiasa menyerukan perlawanan. Menurut pandangan umum, kaum fundamentalis lahir disebabkan oleh pemahaman keagamaan yang literal tekstual, gagap terhadap modernitas, yang berupaya kembali pada ajaran orisinal guna mempertahankan kebenaran absolut.

Namun, Karen Armstrong (The Battle for God, Knof, 2000) menyatakan, kemunculan fundamentalisme bukan untuk kembali ke masa silam, melainkan sebagai upaya merespons keadaan masa kini. Fundamentalisme tidak sekadar memelihara doktrin absolut, tetapi juga untuk merespons krisis keberagamaan masyarakat modern.