REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dua pemain Arema FC dilaporkan mendapatkan hasil reaktif pada uji cepat (rapid test) Covid-19. Informasi ini dikonfirmasi kebenarannya oleh Media Officer (MO) Arema FC, Sudarmaji.
Menurut Sudarmaji, tes uji cepat hanya bertujuan mengukur tingkat imunitas seseorang. Saat ini tes tersebut sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang ingin mendapatkan informasi daya imunitas atau kesehatan setiap orang. "Rapid test untuk mengetahui potensi seseorang terhadap penyakit," kata Sudarmaji dalam pesan singkat yang diterima wartawan, Jumat (5/4).
Hingga saat ini, Arema belum bisa mengungkapkan data pemain dengan hasil reaktif di uji cepat virus corona. Pengungkapan identitas pemain harus berdasarkan persetujuan yang bersangkutan. Klub berjulik Singo Edan juga tidak bisa memberikan informasi alasan pemain melakukan uji cepat secara mandiri.
Sebelumnya, Persib Bandung mengumumkan pemainnya yang terkena virus corona. Striker Maung Bandung, Wander Luiz, menjadi pemain sepak bola pertama di Indonesia yang positif terpapar virus corona. Laporan ini terungkap ke publik pada Maret lalu.
Luiz menjalani tes bersama rekan-rekannya, pelatih, dan manajemen Persib di Graha Persib, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Kamis (26/3). Sebelumnya, Persib menyimpan nama pemain yang terpapar virus. Namun, akhirnya diumumkan bahwa Luiz-lah yang positif Covid-19.
Sekretaris Tim Medis Covid-19 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr dr Anna Rozaliyani MBiomed SpP menjelaskan, uji cepat pada dasarnya berfungsi sebagai upaya skrining kesehatan seseorang. Uji cepat bukan termasuk tes pemeriksaan diagnosis penyakit tertentu.
Jika pemeriksaan pertama rapid test menunjukkan hasil negatif, bukan berarti orang yang dites tersebut benar-benar negatif Covid-19. Bisa jadi saat rapid test pertama dilakukan, antibodinya belum terbentuk. Oleh karena itu, rapid test harus diulang dalam waktu tujuh sampai 10 hari.
Sebaliknya, hasil pemeriksaan rapid test yang positif juga belum tentu menunjukkan bahwa orang yang dites tersebut benar-benar terkena Covid-19. Alasannya, antigen yang terdeteksi belum diketahui apakah ada reaksi silang dengan pan-coronavirus.