Jumat 05 Jun 2020 17:38 WIB

Inilah Contoh Sholat Jumat dengan Protokol Kesehatan Ketat

Sholat jumat ini dibatasi hanya 100 orang jamaah yang umumnya pegawai Pemprov Jateng

Rep: bowo pribadi/ Red: Hiru Muhammad
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menginisiasi penerapan tatalaksana ibadah sholat Jumat, di tengah situasi pandemi Covid-19, dengan menggelar sholat Jumat di gedung Gradhika Bhakti Praja, kompleks Setda Provinsi Jawa Tengah. Jumat (5/6)
Foto: istimewa
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menginisiasi penerapan tatalaksana ibadah sholat Jumat, di tengah situasi pandemi Covid-19, dengan menggelar sholat Jumat di gedung Gradhika Bhakti Praja, kompleks Setda Provinsi Jawa Tengah. Jumat (5/6)

REPUBLIKA.CO.ID SEMARANG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menginisiasi penerapan tatalaksana ibadah sholat Jumat, di tengah situasi pandemi Covid-19, dengan menggelar sholat Jumat di gedung Gradhika Bhakti Praja, kompleks Setda Provinsi Jawa Tengah.

Sholat Jumat yang diikuti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen ini digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan protokol pencegahan Covid-19 yang ketat.

Sholat jumat ini dibatasi hanya 100 orang jamaah, yang umumnya merupakan pegawai dan sejumlah pejabat yang ada di lingkungan Pemprov Jawa Tengah.  

Selain itu, sejak masuk ke lokasi seluruh jamaah dicek kesehatannya oleh petugas. Mereka juga wajib memakai masker dan handsanitizer sebelum masuk ruangan. Di dalam ruangan, para jamaah dan khotbah yang dibacakan juga sangat pendek, hanya sekitar tujuh menit."Ini sholat Jumat pertama saya sejak pandemi. Memang umat sudah rindu untuk bisa melaksanakan sholat Jumat seperti ini, termasuk saya. Makanya hari ini kita coba laksanakan untuk latihan," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Pelan- pelan, semua harus dipersiapkan dengan matang. Masyarakat butuh contoh agar bisa memahami situasi serta  kondisi akibat pandemi ini. "Maka saya sengaja menggelar sholat Jumat ini," katanya.

Gubernur juga mengaku tidak memilih di masjid, tapi di gedung Gradhika Bhakti Praja untuk mengatur semuanya. Awalnya yang mau ikut mencapai sekitar 200 orang, namun hanya dibatasi hanya 100 orang saja.

Ide menggelar sholat Jumat di Gradhika Bhakti Praja ini disebutnya memang mendadak, namun tetap dilaksanakan sekaligus untuk melihat apakah bisa dilaksanakan dengan protokol kesehatan dan pencegahan yang ketat.

Ternyata bisa, dan mereka yang ikut pun mau melaksanakan sesuai dengan ketentuan beribadah di masa pandemi Covid-19. Faktornya karena jamaahnya dari kalangan ASN, sehibgga lebih mudah diatur.

Tapi gubernur juga mengakui tidak sempat melihat saat keluar, apakah semuanya tetap tertib. "Ini tentu akan kami evaluasi dan arapannya bisa memberikan contoh untuk tempat lainnya," tegas Ganjar.

Sementara saat disinggung pelaksanaan Jumatan ditempat lain, gubernur mengatakan kemungkinan belum semuanya melaksanakan. Perihal tersebut Pemprov Jawa Tengah juga sudah membahas bersama MUI.

Namun tinggal bagaimana nanti laporan terkait dengan pelaksanan sholat Jumat di daerah apakah sudah bisa berlangsung. Karena sudah disampaikan relaksasi tempat ibadah ini prioritasnya hanya di daerah yang sudah hijau.

"Makanya sekarang kita latihan dulu, agar nantinya bisa berjalan baik. Tidak hanya saat prosesi beribadah di dalam, tapi mulai masuk sampai keluar semua harus tertib," tandas gubernur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement