Jumat 05 Jun 2020 18:02 WIB

Cabut Aturan Penguncian, Kasus Covid-19 Pakistan Melonjak

Pakistan mencabut penguncian pada 9 Mei atau dua pekan sebelum Idul Fitri

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang polisi berjalan di depan toko yang tutup selama pembatasan karena Covid-19 di Peshawar, Pakistan, Jumat (15/5). Pemerintah provinsi Punjab, Sindh, Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan pada Jumat (8/5) mengumumkan peloggaran pambatasan wilayah. Pembatasan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19.
Foto: EPA-EFE / SHAHZAIB AKBER
Seorang polisi berjalan di depan toko yang tutup selama pembatasan karena Covid-19 di Peshawar, Pakistan, Jumat (15/5). Pemerintah provinsi Punjab, Sindh, Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan pada Jumat (8/5) mengumumkan peloggaran pambatasan wilayah. Pembatasan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD - Empat pekan lalu menjelang festival paling penting diselenggarakan di Pakistan dan jutaan orang menghadapi kelaparan karena kegiatan ekonomi berkurang, pemerintah setempat mencabut penguncian. Penguncian telah diberlakukan selama dua bulan untuk mencegah meluasnya Covid-19.

Perdana Menteri Imran Khan mengatakan meskipun terdapat peningkatan infeksi dan kematian, Pakistan harus belajar untuk "hidup dengan" virus itu guna mencegah puluhan juta pekerja harian semakin melarat.

Baca Juga

Saat ini, kajian Reuters dari data pemerintah menunjukkan lebih dari 20 ribu kasus teridentifikasi dalam tiga pekan sebelum penguncian dicabut dan lebih dari dua kali lipat angka tersebut diidentifikasi dalam tiga pekan setelahnya.

Yang pasti, tingkat pengujian juga meningkat. Namun, dari mereka yang telah diuji, rata-rata positif harian naik dari 11,5 persen dalam tiga bulan sebelum aturan dicabut menjadi 15,4 persen dalam tiga pekan berikutnya. Pekan ini, rasionya menjadi sekitar 23 persen.

Pakistan telah mengidentifikasi lebih dari 80 ribu kasus Covid-19 dengan 1.770 kematian.

"Angka-angka itu mengkhawatirkan, karena menunjukkan kemungkinan penularan luas di bagian-bagian tertentu negara itu," kata Claire Standley, asisten profesor penelitian di Departemen Kesehatan Internasional Georgetown University.

Para ahli mengatakan langkah-langkah yang dapat mengekang kasus-kasus seperti batasan pada pertemuan keagamaan dan area perbelanjaan yang ramai dan menekankan jarak sosial, harus diberlakukan kembali. Beberapa dokter juga meningkatkan peringatan.

Menurut surat yang dilihat oleh Reuters, sebuah komite ahli yang didukung oleh departemen kesehatan di provinsi terpadat di Pakistan, Punjab, mengatakan kepada pemerintah provinsi bahwa penguncian perlu dilanjutkan.

Surat itu mengatakan pengujian acak menunjukkan lebih dari 670 ribu orang di ibu kota provinsi Lahore kemungkinan tertular virus itu. Banyak di antaranya tanpa gejala.

Menteri Kesehatan Punjab Yasmeen Rashid mengatakan surat itu tidak diabaikan, tetapi mengesampingkan keputusan Mahkamah Agung bahwa penguncian harus dicabut.

Sebagian besar rumah sakit di Lahore sekarang penuh dan mengirimkan kasus ke Rumah Sakit Mayo, fasilitas umum dengan lebih dari 400 tempat tidur yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19. Keterangan ini diungkap Salman Kazmi, sekretaris umum Asosiasi Dokter Muda, yang merawat pasien Covid-19 di sana.

Asad Aslam, CEO Mayo, membantah klaim bahwa rumah sakit Lahore penuh. "Kita bisa menangani lebih lanjut beban pasien," katanya.

Pakistan mencabut penguncian pada 9 Mei 2020, sekitar dua pekan sebelum festival Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadhan dan dirayakan dengan pertemuan keluarga dan pesta. Transportasi dan sebagian besar bisnis telah dibuka kembali tetapi bioskop, teater, dan sekolah tetap tutup.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement