REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Dwayne Johnson menyindir Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dianggapnya kurang mencerminkan sosok “pemimpin yang berbelas kasih”. Dalam sebuah video yang menyoroti demonstrasi di seluruh negeri terkait kematian warga berkulit hitam, George Floyd, dengan latar belakang rasisme, dia bertanya-tanya, di mana Amerika bisa menemukan satu pemimpin lain yang akan mendengar suara pemrotes.
“Di mana pemimpin kita? Di mana Anda?” tanyanya dalam video delapan menit yang dibagikan di Twitter, Kamis (4/6).
“Di mana pemimpin kita saat ini, ketika negara kita menekuk lutut? Di mana Anda?” ujar dia.
Where are you?#normalizeequality#blacklivesmatter pic.twitter.com/Xid3BC4B2n
— Dwayne Johnson (@TheRock) June 4, 2020
Johnson mengatakan, ia tidak pernah menyepelekan pemilihan presiden. Karena itu, dia menekankan pentingnya para pemimpin menyapa masyarakat sesuai konteks, perspektif, dan kasih sayang.
“Saya bukan presiden Amerika Serikat, tetapi saya seorang lelaki dan saya seorang ayah yang sangat peduli dengan keluarga saya dan anak-anak saya, dan dunia tempat mereka tinggal,” kata pria berusia 48 tahun itu.
“Saya sangat peduli tentang negara kita dan setiap orang di dalamnya. Saya seorang pria yang kecewa dan frustrasi dan marah, tetapi saya juga melakukan yang terbaik untuk tetap fokus dan setenang mungkin membuat keputusan terbaik untuk keluarga dan kita negara.”
Johnson memastikan bahwa dirinya akan melakukan segala hal sesuai kemampuannya sampai napas terakhirnya tiba. Dia hanya ingin menciptakan perubahan yang diperlukan untuk menormalkan kesetaraan, karena menurutnya kehidupan kulit hitam juga penting.
“Tentu saja, semua kehidupan penting. Semua orang penting, karena kita, sebagai orang Amerika, percaya pada inklusivitas. Kami percaya pada penerimaan. Kami percaya pada hak asasi manusia. Kami percaya pada kesetaraan untuk semua. Tetapi pada saat ini, sekarang, kita harus ucapkan kata-kata: Hitam itu penting.”
Tanpa menyebut nama Presiden Donald Trump, mantan pegulat profesional itu menyerukan panglima tertinggi negara harus melakukan akuntabilitas dan menyembuhkan ratusan tahun penyakit sistemik.
“Ada kekuatan militer yang telah dikerahkan pada rakyat kita sendiri. Penjarah? Ya. Penjahat? Tentu saja. Tetapi pengunjuk rasa kita, yang memohon dan memohon dan kesakitan? Anda akan terkejut bagaimana orang-orang yang sakit akan merespons, ketika Anda mengatakan ‘Saya peduli denganmu’,” kata Johnson.
Dia menyatakan terima kasih kepada negara-negara di seluruh dunia karena menyuarakan solidaritas dengan rakyat Amerika, berbagi optimismenya bahwa perubahan positif akan datang.
“Ketika kita terus menunggu pemimpin itu muncul, saya merekomendasikan kepada kalian semua bahwa kita harus menjadi pemimpin yang kita cari. Kita melakukannya sekarang. Kamu bisa merasakannya. Ini akan memakan waktu, kita akan dihajar, kita akan mengambil kesakitan. Akan ada darah. Tetapi proses perubahan sudah dimulai,” tutur Johnson menyuarakan optimistis.