REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Eddy Susanto Yahya menyatakan, penjualan perhiasan emas di pasar domestik turun drastis hingga 90 persen pada April 2020. Ini merupakan penjualan bulanan terendah sejak krisis moneter 1998.
Memasuki Mei 2020 atau bertepatan bulan Ramadhan, penjualan sedikit meningkat dibandingkan April. Rata-rata kenaikannya sebesar 50 persen.
“Meski tidak boleh mudik untuk saling bersilaturahmi secara tatap muka, suasana Lebaran yang biasanya diwarnai memakai perhiasan baru, masih terasa kental. Konsumen masih dapat membeli lewat toko emas yang menyediakan layanan online atau yang tetap masih buka secara fisik namun menerapkan protokol Covid-19 sangat ketat,” ujar Eddy melalui siaran pers pada Jumat (5/6).
Ia menambahkan, kondisi pasar ekspor produk perhiasan emas tidak jauh berbeda dengan pasar domestik. “Pada April, kemerosotan penjualan paling dirasakan signifikan," katanya.
Penyebabnya, hampir semua negara sedang mengalami puncak penyebaran Covid-19. Maka banyak negara tujuan ekspor emas dan perhiasan yang menerapkan karantina wilayah dan menolak pengiriman.
Hanya saja, sambung Eddy, memasuki Mei ada beberapa negara yang telah mulai membuka pasar. Di antaranya Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.
“Beberapa produsen perhiasan anggota APPI mulai dapat mengirim pesanan, tetapi masih belum sebesar waktu-waktu normal. Meski begitu, penjualan pada Mei naik sebesar 50 persen dibandingkan April,” ujarnya.