REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Australian National University dan Anggota Dewan Pengawas Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arianto Patunru menyebut bahwa Indonesia sangat berpotensi memanfaatkan momentum relokasi sejumlah usaha dari China. Oleh karena itu, Arianto memandang perlunya melanjutkan reformasi di bidang industri, perdagangan, serta investasi.
“Relokasi kegiatan usaha seperti ini sebenarnya berita baik bagi negara seperti Indonesia. Namun kita bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam,” kata Arianto dalam webinar yang digelar CIPS bertajuk ‘Menjaga Kinerja Sektor Industri Selama Pandemi Covid-19’, Jumat (5/6).
Indonesia, lanjut dia, perlu menunjukkan keterbukaannya terhadap investasi asing kepada dunia internasional. Salah satunya lewat penyederhanaan regulasi dan pelonggaran berbagai hambatan.
Arianto memaparkan, walaupun perang dagang sudah mereda, perekonomian global saat ini masih diwarnai ketegangan antara Amerika Serikat dan China. “Kita melihat adanya ‘de-China-isasi’ di mana, banyak perusahaan multinasional memindahkan sentra usaha mereka dari China ke negara lain,” papar Arianto.
Jepang, lanjutnya, bahkan memberi insentif untuk perusahaan-perusahaan mereka untuk melakukan relokasi seperti ini.