Jumat 05 Jun 2020 23:16 WIB

Cerita Pasien Sembuh dan Persaudaraan di Wisma Atlet

Semua pasien merasakan ada dalam satu perahu yang sama menghadapi badai yang sama.

Salah satu pasien sembuh corona yang dirawat di RSD Wisma Atlet dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. (ilustrasi)
Foto: Pendam Jaya
Salah satu pasien sembuh corona yang dirawat di RSD Wisma Atlet dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pasien sembuh Covid-19 mengaku merasakan kasih persaudaraan di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet tanpa memandang suku, ras, agama, dan antargolongan. "Semua merasakan ada dalam satu perahu yang sama menghadapi badai yang sama. Perasaan inilah yang saya tidak temui di luar. Jadi di dalam Wisma Atlet itu benar-benar tidak lihat suku, ras, agama tidak ada," kata Teddy Karhono yang pernah dirawat di Wisma Atlet.

Teddy adalah seorang pengusaha di bidang pengolahan air bersih dan air limbah. Dia dirawat di Wisma Atlet sebagai pasien COVID-19 pada 1 April sampai 29 April 2020.

Baca Juga

Teddy keluar dari Wisma Atlet pada 29 April 2020 dan melanjutkan isolasi mandiri di rumahnya di Jakarta Barat. Teddy dinyatakan sembuh setelah dua kali hasil swab menunjukkan tidak ada lagi keberadaan virus Corona penyebab Covid-19 dalam tubuhnya.

Teddy (50) menuturkan dalam kondisi sakit, sesama pasien dan dengan para tenaga medis saling memberikan semangat untuk terus berjuang dan berpikir positif. "Selama di Wisma Atlet kami semua saling memberikan semangat satu sama lain tanpa membeda-bedakan SARA, bahkan kami juga berprinsip hati yang gembira adalah obat yang manjur," ujar pria kelahiran Kotabumi itu.

Dalam kondisi suhu tubuh turun naik disertai batuk terus menerus, Teddy menutup diri dari hal-hal yang membuat khawatir termasuk dari kebisingan percakapan di telepon pintar. Selama berada dalam kondisi tidak enak tersebut, Teddy harus bisa memfokuskan diri dan membangun motivasi dari dalam diri serta menjaga hati agar tetap dalam suasana bahagia.

Teddy menuturkan hati yang gembira adalah obat yang manjur dan bisa membangkitkan imun. Sementara kalau sedih berlarut dan stres akan mudah membuat imun turun dan tidak baik bagi kesehatan.

"Kalau perjuangan saya dengan kondisi yang panas terus, batuk terus, saya memang menutup dari //chat atau dari //whatsapp, telepon saya sementara tidak terima supaya saya bisa fokus gimana saya //fight dari dalam," tuturnya.

Untuk bisa berjuang dan mempertahankan nuansa hati, Teddy mencari motivasi yang membuat dirinya bisa bergembira. Seperti menonton tayangan lawakan dalam jaringan, saling bercanda dengan sesama pasien, dan mendengarkan lagu yang membangkitkan semangat.

"Bercanda dengan teman-teman satu lantai, saling berkenalan tanpa pernah tatap muka, ketemu muka juga semua maskeran," tuturnya.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement