Sabtu 06 Jun 2020 11:18 WIB

Kementan Ajak Penyuluh dan Petani Antisipasi Krisis Pangan

FAO memprediksi bencana kekeringan dan krisis pangan terjadi usai pandemi covid-19

Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengajak para petani dan penyuluh bergerak cepat mengantisipasi krisis pangan.
Foto: BPPSDMP
Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengajak para petani dan penyuluh bergerak cepat mengantisipasi krisis pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan pangan dunia, FAO, memprediksi kekeringan akan melanda sejumlah wilayah di Asia usai pandemi Covid-19, termasuk di Indonesia. Dampaknya akan terjadi krisis pangan. Untuk itu, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengajak para petani dan penyuluh bergerak cepat mengantisipasi krisis pangan.

Ajakan itu disampaikan dalam Mentan Sapa Penyuluh dan Petani (MSPP) melalui video conference, Jumat (05/06). Dalam kesempatan itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengimbau para petani dan penyuluh untuk selalu melakukan upaya dalam menjamin ketersediaan pangan sebagaimana yang telah diarahkan Bapak Menteri Pertanian.

Menurutnya, pandemi Covid-19 yang terjadi ini berdampak ke beberapa sektor termasuk juga sektor pertanian. Sistem produksi pertanian terganggu, pengolahan hasil panen terhambat, dan sistem distribusi terganggu. Kondisi ini akan semakin diperburuk lantaran FAO memprediksi akan terjadi kekeringan di Asia, termasuk di Indonesia. 

“Berarti ada potensi gagal panen, ada potensi krisis pangan. Dan Indonesia diprediksi termasuk dalam negara yang mengalami krisis pangan. Yang penting, kita harus segera antisipasi kekeringan dengan berbagai upaya, dengan berbagai cara. Kalau kita antisipasi, bisa beradaptasi dengan hal itu, insya Allah tidak ada krisis pangan di Indonesia,” kata Dedi.

Dijelaskannya, peran pertanian sangat penting buat sebuah bangsa. Karena, sebuah bangsa membutuhkan pangan, dan hal itu hanya bisa dipenuhi oleh pertanian. Dijelaskannya, peran pertanian sangat strategi dan penting, karena pertanian bisa menghasilkan bahan baku industri, khususnya industri pangan. Pertanian juga menghasilkan serat yang bisa digunakan untuk pakaian, dan energi. Dan yang terpenting, pertanian mampu menjaga stabilitas nasional.

“Kalau suatu bangsa bisa menyediakan pangan, bangsa tersebut bisa eksis. Jika pangan tidak bisa disediakan, bisa terjadi distabilitas, disintegrasi, dan lainnya. Krisis di suatu negara umumnya diawal dari krisis pangan. Kalau kita mampu menyediakan pangan secara stabil dan utuh, NKRI pasti tetap stabil tetap utuh,” ujarnya.

Agar tidak terjadi krisis pangan, Dedi menegaskan sektor pertanian tidak boleh berhenti. “Pangan harus selalu ada. Pertanian harus selalu ada, petani harus tetap bekerja, penyuluh dan insan pertanian harus selalu bekerja”, terangnya.

Lebih lanjut Dedi menambahkan, ada beberapa langkah yang bisa diambil agar pangan tidak mengalami krisis. Diantaranya dengan penyesuaian protokol produksi bahan baku, olahan pangan bagi jaminan kualitas dan keamanan pangan.

“Jangan sampai rantai pasokan kita tergaanggu. Distribusi atau rantai pasok harus dilakukan lebih efisien, lebih diperpendek. Kita bisa menggunakan segmentasi pasar modern dan pasar online. Pola transaksi juga harus berubah, gunakan penyediaan pangan berbasis platform IOT (internet of thing),” ujarnya.

Selain itu, Dedi mengatakan jika ketersediaan pangan harus terjaga sampai level masyarakat terbawah, dan harus dilakukan peningkatan produksi dalam negeri dengan diversifikasi sumber pangan lokal. Yang tida kalah penting adalah pengendalian harga pangan guna antisipasi inflasi pada komoditas yang sangat volatile seperti beras, jagung, kedelai, cabe, bawang dan lainnya. Terapkan juga teknologi terkini agar pasokan lancar dan distribusinya terjamin.

“Sekarang stok komoditas utama kita dipastikan aman, seperti beras, cabe, bawang merah, daging ayam, jagung, dan minyak goreng. Apalagi dari April sampai Juni ini sejumlah daerah melakuan panen raya, hampir diseluruh Tanah Air. Tapi mulai sekarang kita tidak bisa mengandalkan pangan impor. kita harus kembali konsumsi pangan lokal dan harus genjot seluruh produksi pangan lokal,” katanya.

Menurutnya, antisipasi ketersediaan pangan bisa dilakukan dengan gerakan percepatan tanam musim kedua. Sesudah panen raya pada April hingga Juni, petani harus sebar benih, olah tanah, dan tanam lagi, dalam kurun waktu dua minggu sesudah panen. Lakukan gerakan percepatan tanam, pastikan air ada, gunakan alsintan untuk mempercepat proses produksi pangan.

“Petani dan penyuluh harus pastikan kesiapan cadangan beras di kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi. Lakukan gerakan diversifikasi pangan lokal dengan slogan “indah, bahagia dangan makanan lokal”. Tapi untuk saat ini bisa dipastikan secara nasional beras aman hingga Agustus,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Dedi Nursyamsi juga sempat berdialog dengan penyuluh asal Ngawi, Jawa Timur, yang sedang bersiap melakukan panen raya padi menggunakan alsintan combine harvester.

“Dapat kami laporkan bahwan saat ini kami sedang bersiap melakukan kegiatan panen raya padi varietas Inpari 32. Panen raya ini kami lakukan menggunakan bantuan alsintan berupa combine harvester dan menghasilkan 8.4 ton/ha”, tutur sang penyuluh.

Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan dalam kondisi apa pun pangan tidak boleh bersoal. “Pangan tidak boleh bermasalah, pangan tidak boleh bersoal. Untuk menjamin pangan, berarti pertanian tidak boleh bersoal, pertanian tidak boleh berhenti. Petani harus terus turun ke sawah, turunke kebun dan genjot produksi di lahan. Penyuluh harus terus lakukan pendampingan kepada petani agar produktivitas terjaga,” kata Mentan SYL

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement