Sabtu 06 Jun 2020 17:38 WIB

Mentan Syahrul Pastikan Pertanian Lebih Maju Saat New Normal

Mentan yakin dengan pertanian yang lebih maju bisa mencapai swasembada

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghadiri acara Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT di Desa Ciberes, Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, Sabtu (6/06/20).
Foto: dok. Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghadiri acara Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT di Desa Ciberes, Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, Sabtu (6/06/20).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persiapan pemerintah dalam menyambut masa transisi new normal terus dilakukan dengan berbagai cara. Diantara sekian banyaknya, sektor Pertanian merupakan sektor yang paling penting dan harus menjadi perhatian bersama. Utamanya dalam memperbaiki dan mengembangkan sarana prasarana pertanian berbasiskan teknologi.

Mengenai hal ini, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa sektor pertanian di masa yang akan datang tidak bisa diolah dengan cara yang biasa. Namun harus dikerjakan dengan cara yang serba maju, serba baru dan lebih modern.

"Minimal dengan terjadinya Covid 19 ini kita semakin menyadari bahwa pertanian tidak boleh lagi diolah dengan cara yang biasa. Harus ada inovasi dan ide-ide kreatif dalam mengelola pertanian," ujar Mentan saat menghadiri webinar menuju new normal yang digelar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Jumat, 5 Juni 2020.

Menurut Mentan, dengan cara pengelolaan yang baru, maka, sektor pertanian menjadi lebih yakin untuk dikelola secara serius serta mampu menjawab tantangan masa depan soal ketersediaan pangan. Bahkan, melalui ide kreatif, sektor pertanian berpotensi mencapai swasembada serta memenuhi kebutihan ekspor.

"Di masa new normal, yang memiliki prospek untuk menghidupi masyarakat ada di sektor pertanian. Jika pangan tersedia maka masyarakat bisa hidup," terangnya.

Untuk merealisasikan kemajuan pertanian, kata Mentan, pemerintah akan terus mengawal 11 komoditas utama serta stabilisasi harga hulu ke gilir. Langkah ini penting dilakukan mengingat kebutuhan pangan adalah komdoitas utama yang menjadi konsumsi masyarakat Indonesia.

"Kesebelas bahan pokok tersebut  adalah beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai merah besar, cabai rawit, daging sapi, daging ayam, telur ayam, gula, dan minyak goreng," katanya.

Sebagai informasi, perkiraan ketersediaan beras saat ini kurang lebih mencapai 21 juta ton dengan prediksi kebutuhan 12 juta ton. Adapun perkiraan stok beras sampai dengan bulan September mendatang mencapai 8,5 juta ton.

Untuk menjaga ketersediaan ini, pemerintah sudah mengeluarkan tiga program. Pertama adalah mengembangkan rawa di Kalimantan Tengah, kemudian diversifikasi pangan lokal, serta cadangan beras pemerintah dan lumbung pangan masyarakat (LPM).

"Melalui tiga program ini diharapkan mampu menjadi upaya dalam membantu pangan utama kita tetap tersedia meski di tengah krisis apapun," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement