Sabtu 06 Jun 2020 17:43 WIB

Petani Diminta Percepat Masa Tanam Antisipasi Kemarau

Masyarakat diminta memanfaatkan lahan di rumahnya untuk bercocok tanam.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Agus raharjo
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghadiri acara Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT di Desa Ciberes, Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, Sabtu (6/06/20).
Foto: dok. Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghadiri acara Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT di Desa Ciberes, Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, Sabtu (6/06/20).

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG — Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo meminta petani mempercepat masa tanam untuk mengantisipasi musim kemarau panjang. Menurutnya, Indonesia akan menghadapi ancaman kemarau panjang selama beberapa bulan kedepan.

Hal itu dituturkan Mentan saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Subang, Sabtu (6/6). Dalam kunjungan kerja kali ini, Mentan memanen padi dan memberikan bantuan KUR kepada para petani serta menyosialisasikan Gerakan Percepatan Tanam.

“Imbauan dari FAO (Food and Agriculture Organization) akan terjadi kekeringan yang sangat dahsyat dengan musim kemarau panjang. Jadi sisa hujan tinggal Juni ini dan sedikit Juli. Kalau begitu hujan ini harus dikejar tidak boleh tidak ada lahan yang ditanami,” kata Syahrul di Desa Ciberes, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Sabtu (6/6).

Ia mengatakan, saat ini sudah masuk periode tanam kedua. Sawah-sawah yang telah panen diharapkan segera ditanam kembali dengan sisa musim hujan saat ini. Jika telat masa tanam, maka ancaman kekurangan air akan menganggu produksi padi yang dihasilkan.

Menurutnya, Kementan juga telah mengimbau kepada pemerintah daerah untuk mendorong para petaninya segera mempercepat kembali masa tanam. Terutama daerah-daerah yang menjadi lumbung padi seperti Subang dan Karawang di Provinsi Jawa Barat.

“Target kita 5,6 juta hektar (panen). Mudah-mudahan dengan percepatan tanam ini bisa mengatasi masalah tanam kita,” ujarnya.

Selain itu, ia menilai Pandemi Covid-19 ini menjadi peluang produk pangan dan pertanian berkembang. Dampak pandemi memberikan perekonomian yang lesu terkacuali produk pertanian. Ia justru meyakini pemenuhan pangan menjadi kebutuhan yang tetap dicari oleh masyarakat.

“Dampak terkait Covid-19 pada ekonomi, distribusi dengan transportasi. Tidak ada yang beli semua orang takut, pasar lesu tapi solusinya ada di pertanian. Ini yang harus kita galakkan adalah pertanian,” tuturnya.

Tak hanya petani di sawah, ia juga mendorong masyarakat bisa memanfaatkan lahan di rumahnya untuk bercocok tanam. Saat ini banyak metode budidaya tanaman pangan di pekarangan rumah. Dengan begitu, visi mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia bisa terwujud.

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum juga mendorong petani untuk percepat masa tanam sawahnya. Uu menilai masih banyak petani yang membiarkan sementara lahannya menganggur setelah panen.

“Jangan sampai karena keterlambatan dalam menanam musim hujan tidak termanfaatkan akhirnya musim kemarau sudah datang dan padi masih membutuhkan air,” kata Wagub.

Meski demikian, ia juga meminta berbagai instansi yang terkait dengan sektor pertanian ikut membantu. Karena ada masalah-masalah yang bisa saja dihadapi petani sehingga belum menggarap lahan. Seperti belum memiliki modal, bibit, pupuk dan sebagainya.

Ia mengapresiasi perhatian Kementan terhadap pertanian di Jawa Barat. Diharapkan perhatian dan bantuan bisa memacu semangat petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement