REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Paulo Fonseca merasa telah membuat keputusan penting dalam karier kepelatihannya. Pria asal Portugal mulai membesut AS Roma sejak musim panas 2019.
Fonseca bersyukur akan hal itu. Satu per satu impiannya terwujud. Sewaktu kecil, ia ingin menjadi pemain sepak bola. Fonseca sanggup mewujudkan hasrat tersebut.
Setelah pensiun di Estrela Amadora 2005 silam, selanjutnya ia mencoba berpetualang di dunia kepelatihan. Lagi-lagi targetnya terealisasi. Fonseca melatih sejumlah tim Portugal, termasuk FC Porto.
Pada 2016 hingga 2019 ia menuju Shakhtar Donetsk. Setelah bertahun-tahun menjadi juru taktik, mimpinya berkembang.
"Saya bermimpi melatih tim besar Eropa, dan kini saya mengarsiteki salah satunya. Di level profesional, saya sangat puas," kata tokoh berusia 47 tahun ini kepada Roma TV, dikutip dari Football Italia, Sabtu (6/6).
Apakah rasa puas tersebut menghentikan mimpi Fonseca? Rupanya belum. Kini ia berhasrat meraih trofi bergengsi seperti Liga Champions alias UCL. Atau minimal mendapat trofi di salah satu kompetisi domestik terbesar di Eropa seperti di Serie A Italia.
Semua rangkaian mimpi di atas, masih dalam konteks profesional. Namun di level personal, ia hanya ingin hidup bahagia. Setiap hari penuh kedamaian. Itu menjadi spirit positif di luar sepakbola.