Sabtu 06 Jun 2020 21:17 WIB

Halal Bihalal tak Sekadar Silaturahim dan Saling Memaafkan

Halal bihalal penting untuk menyatukan potensi umat.

Ketua MUI yang membawahi Pembinaan Seni Budaya Islam, Dr KH Shodiqun memberikan tausiyah pada acara hahal bihalal virtual Idul Fitri 1441 yang diadakan oleh Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam (KPSBI) MUI, Sabtu (6/6).
Foto: Dok MUI
Ketua MUI yang membawahi Pembinaan Seni Budaya Islam, Dr KH Shodiqun memberikan tausiyah pada acara hahal bihalal virtual Idul Fitri 1441 yang diadakan oleh Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam (KPSBI) MUI, Sabtu (6/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Halal bihalal yang merupakan budaya asli Indonesia tak hanya sekadar silaturahim dan saling memaafkan. “Paradigma halal bihalal, khususnya dalam rangka Idul Fitri,  perlu diperluas, tidak hanya sekadar untuk silaturahim dan bermaaf-maafaan. Paradigma halal bihalal juga penting untuk menyatukan potensi kita masing-masing, potensi umat,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membawahi  Pembinaan Seni Budaya Islam, Dr KH Shodiqun.

Ia mengatakan hal itu pada acara Zoom Meeting Halal Bihalal dan Silaturahim Idul Fitri 1441 H yang diadakan oleh Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam (KPSBI) MUI, Sabtu (6/6).

Kegiatan yang diadakan pukul 09.30-11.30 itu  dihadiri Ketua Komisi KPSBI MUI, Habiburrahman El Shirazy; Wakil Ketua Komisi KPSBI MUI, Dr Saiful Bahri; dan para anggota KPSBI MUI, seperti Ustadz Erick Yusuf, Anifah Qowiyatun, Fahmi Arif, Elvy Lusiana, Indah, dan Zul Ardhiah.

Halal bihalal virtual yang dimoderatori Saiful Bahri itu dibuka dengan sambutan pembukaan Habiburrahman El Shirazy. Selain mengucapkan Selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir batin kepada sesama pengurus KPSBI MUI, Habiburrahman juga minta KH Shodiqun untuk memberikan tausiyah.

“Kami sudah rindu tausiyah Romo Yayi Shodiqun. Kami kangen di-charge oleh Pak Kiai,” kata sastrawan yang akrab dipanggil Kang Abik.

photo
Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam -Majelis Ulama Indonesia (KPSBI MUI) menggelar halal bihalal virtual Idul Fitri 1441 H, Sabtu (6/6).  (Foto: Dok MUI)

Kiai Shodiqun mengemukakan, paradigma halal bihalal itu sangat luas. “Paradigma halal bihalal itu dinamis dan mencakup semua aspek kehidupan umat,” ujarnya.

Ia menambahkan, paradigma halal bihalal itu menguatkan potensi umat maupun para anggota dalam sebuah lembaga, keluarga maupun komunitas. “Paradigma halal bihalal adalah setiap orang punya kelebihan masing-masing. Di balik kekurangannya, setiap orang punya kelebihan. Paradigma halal bihalal adalah kita melihat setiap orang lebih dari sisi positifnya, kemudian kita mengimplementasikan dan menyatukan kelebihan masing-masing itu dalam lembaga, keluarga maupun komunitas kita,” papar KH Shodiqun.

Dalam kesempatan tersebut, juga dibahas tentang rencana rencana webinar seni budaya Islam pada bulan Juli 2020, perkembangan penulisan buku Panduan Seni Budaya Islam yang ditulis oleh Tim KPSBI MUI; dan perkembangan proses produksi film Buya Hamka yang merupakan kerja sama MUI dengan sebuah perusahaan film nasional.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement