Ahad 07 Jun 2020 15:22 WIB

Rusia Versus Turki di Libya, Moskow Rekrut Milisi Suriah

Rusia rekrut milisi Suriah untuk bela Haftar yang terdesak Pemerintah Libya.

Rep: Dwina Agustin/Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Perang saudara di Libya (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Hazem Ahmed
Perang saudara di Libya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Rusia berupaya merekrut warga Suriah untuk ikut berperang di Libya membela pemimpin milisi Khalifa Haftar. Laporan dari lima sumber oposisi Suriah dan satu sumber regional yang akrab dengan masalah itu mengatakan, langkah Rusia membuat ratusan tentara bayaran ikut mendaftar.

Menurut dua sumber oposisi senior Suriah dan sumber regional, kontraktor militer swasta Wagner Group sedang merekrut dengan pengawasan tentara Rusia. Seorang mantan anggota Grup Wagner mengaku pertama kali mengirim warga Suriah ke Libya pada 2019.

Baca Juga

Perekrutan baru bertujuan mendukung Haftar yang sedang terdesak tentara pemerintahan Libya di Tripoli dukungan Turki. Sumber menyebut ada 300 orang dari daerah Homs.

Menurut salah satu dari dua sumber oposisi senior, beberapa orang tersebut merupakan mantan pejuang Pasukan Pembebasan Suriah (FSA). Sementara itu, sumber lain melengkapi bahwa ada sekitar 320 hasil rekrutmen dari barat daya.

Laju perekrutan meningkat ketika pertempuran Libya meningkat dan perang di Suriah mereda. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, lebih dari 900 orang Suriah direkrut oleh Rusia untuk berperang di Libya pada Mei.

Para pejuang dilatih di sebuah pangkalan di Homs sebelum pergi ke Libya, dengan gaji mulai dari 1.000 hingga 2.000 dolar AS per bulan. Laporan itu tidak ditanggapi oleh Kementerian Pertahanan Rusia dan kelompok Wagner.

Sementara itu, Turki telah terang-terangan memberikan dukungan militer kepada pihak berlawan, Government of National Accord (GNA) yang diakui secara internasional yang berbasis di Tripoli.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Februari bahwa pejuang dari Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki berada di Libya. Mereka melengkapi keberadaan militer Turki yang sudah ada. Turki juga telah membuat kesepakatan dengan GNA atas perbatasan laut dan ingin melindungi kepentingannya di wilayah tersebut.

Rusia telah menjadi sekutu setia Presiden Suriah Bashar al-Assad dan membantunya menghancurkan serangan milisi. Keterlibatan Moskow di Libya merupakan perpanjangan dari ambisi untuk memproyeksikan pengaruh di Mediterania Timur. Mesir dan Uni Emirat Arab juga telah memberikan dukungan kepada Haftar karena mencurigai GNA memiliki ikatan dengan Ikhwanul Muslimin.

Keterlibatan Rusia dan Turki di sisi berlawanan dari konflik Libya memiliki gema perang di Suriah, yang juga mendukung pihak-pihak yang bertikai. Kondisi ini dinilai akan memperparah konflik yang terjadi. "Rusia dan Turki sama-sama meningkatkan kekuatan tembakan dan jumlah pasukan mereka di Libya," kata kepala Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma, Joshua Landis.

Landis menyatakan, Rusia telah mencoba untuk menyamakan langkah dengan upaya Turki yang mengirim tentara bayaran Suriah. Namun, keputusan ini akan menghasilkan sesuatu yang beragam.

Menurut laporan rahasia Amerika Serikat (AS) yang dilihat oleh Reuters pada bulan Mei, Wagner memiliki hingga 1.200 orang yang dikerahkan di Libya. Pemerintah Rusia membantah memiliki pasukan di Libya.

Ketika ditanya pada bulan Januari apakah Grup Wagner bertempur di Libya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, jika ada orang Rusia di Libya, mereka tidak mewakili negara Rusia. Mereka juga tidak dibayar oleh negara. Seorang juru bicara Libyan National Army milik Haftar menyangkal telah merekrut pejuang Suriah.

Pejabat AS mengatakan pada awal Mei bahwa mereka percaya Rusia bekerja dengan Assad untuk memindahkan pejuang dan peralatan milisi ke Libya. Sementara itu, Suriah tidak mau berkomentar seputar kabar tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement