Ahad 07 Jun 2020 17:26 WIB

Hao Haidong Serukan Jatuhnya Partai Komunis China

Hao Haidong menilai orang-orang China sudah tak boleh diinjak lagi oleh PKC.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Partai Komunis China (ilustrasi).
Foto: AP
Partai Komunis China (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang pensiunan bintang sepak bola China bernama Hao Haidong secara terbuka menyerukan jatuhnya Partai Komunis China yang berkuasa. Pernyataan itu muncul dalam sebuah unggahan video yang dibagikan dalam Youtube.

Melalui saluran milik taipan China yang diasingkan dan kritikus sengit terhadap pemerintah Beijing bernama Guo Wengui, Hao membacakan manifesto "Negara Federal China Baru".  Usul ini diajukan olehnya sebagai alternatif dari rezim Komunis saat ini. "Pemerintahan totaliter Partai Komunis di China telah menyebabkan kekejaman mengerikan terhadap kemanusiaan," kata Hao.

Baca Juga

Pria berusia 50 tahun ini juga mengecam partai itu sebagai organisasi teroris. Dia menilai partai berkuasa itu telah menginjak-injak demokrasi, melanggar supremasi hukum, dan melanggar perjanjian hukum.

Hao juga menuduh Beijing melanggar janjinya kepada Hong Kong untuk menjaga prinsip "satu negara, dua sistem". "Secara brutal menindak warga Hong Kong yang membela demokrasi dan kebebasan," ujarnya.

Hao adalah sosok pemain sepak bola dengan jutaan penggemar di Cina pada 1990-an dan 2000-an. Dia sempat bermain untuk klub Inggris Sheffield United dan memegang rekor sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Cina untuk tim nasional dan di Liga Cina. Namun, dalam beberapa tahun terakhir namanya tidak sering muncul.

Keputusan Hao menentang Partai Komunis yang berkuasa di Cina ini adalah upaya sangat jarang. Bagi bintang olahraga China yang sukses untuk melepaskan kecaman publik yang begitu besar terhadap Partai Komunis dan secara terbuka menyerukan kejatuhannya.

Menunjukan pembangkang secara terbuka mengkritik partai atau menuntut reformasi demokratis sering menghadapi hukuman penjara yang panjang. Hao telah berbicara blak-blakan tentang masalah sosial dan olahraga, tetapi belum secara langsung menantang Partai Komunis sampai video itu muncul pada Kamis (4/6).

"Untuk pernyataan yang absurd seperti itu saya tidak tertarik berkomentar sama sekali," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang.

 

Saluran berbagai video YouTube dilarang di China, tetapi berita tentang komentar publik Hao yang luar biasa menyebar dengan cepat di media sosial Cina pada Kamis sore. Hal ini pun mengejutkan banyak orang dan akun Weibo-nya telah dihapus.

Hingga saat ini belum jelas lokasi Hao merekam video tersebut. Hanya saja perilisan video ini bertepatan dengan peringatan 31 tahun penumpasan militer Cina terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi di sekitar Lapangan Tiananmen di Beijing pada 1989.

Wawancara 53 menit

Video kedua Hao menampilkan wawancara selama 53 menit dengan istrinya Ye Zhaoying, mantan juara bulutangkis. "Alasan paling mendasar yang saya utarakan hari ini menentang sistem (Komunis Cina) adalah bahwa saya pikir orang-orang China dan masa depan China tidak boleh lagi diinjak-injak olehnya," katanya dalam wawancara.

Hao menekankan cara pikir partai saat ini harus dihapuskan dari kemanusiaan. Hantu Komunisme seharusnya tidak lagi dibiarkan melayang di dunia ini. "Inilah yang saya simpulkan setelah 50 tahun hidup," ujarnya.

Atas segala pernyataan yang dilontarkan, Hao pun mengaku siap akan serangan dan tekanan yang akan datang. "Hari ini, kami telah membuat keputusan terbesar dan paling benar dalam hidup kami," katanya.

Dalam video itu, Hao tidak mengungkapkan bagaimana dia berhubungan dengan Guo yang tinggal di pengasingan di New York. Sejak melarikan diri dari China pada 2014 karena penyelidikan korupsi oleh otoritas China, Guo telah sering melontarkan tuduhan korupsi terhadap para pemimpin Beijing di media sosial dan dalam streaming langsung di YouTube.

Guo diketahui memiliki hubungan dekat dengan mantan kepala strategi Gedung Putih Steve Bannon. Dalam video lain yang dirilis di saluran YouTube Guo, Bannon membacakan versi bahasa Inggris dari "Negara Federal Cina Baru" dari kapal, dengan Guo di sisinya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement