Ahad 07 Jun 2020 17:27 WIB

Prabowo Disebut Tokoh 'Usang' untuk Pilpres 2024

Prabowo mendapat penilaian yang tak baik setelah memilih bergabung ke pemerintahan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Prabowo Subianto
Foto: istimewa/tangkapan layar
Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu kembalinya Prabowo Subianto sebagai kandidat capres di 2024 kembali muncul setelah ia disetujui Gerindra kembali menjabat sebagai ketua umum. Namun, Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago menyebut Prabowo sudah tak relevan untuk posisi tersebut.

"Pak Prabowo itu sudah tidak relevan. Kenapa tidak relevan? Dia adalah tokoh lama, yang saya katakan dalam bahasa yang agak ekstrem, tokoh usang lah," kata Pangi pada Republika.co.id, Ahad (7/6).

Baca Juga

Prabowo sudah tiga kali berkontestasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Namun, Prabowo tidak pernah mengalami kemenangan. 

Pangi mempertanyakan narasi yang bakal diusung Prabowo apabila memang hendak kembali maju. Ia memprediksikan, narasi yang dibawa Prabowo tidak baru. Pangi juga memprediksi pola kampanye dan branding terobosan Prabowo tidak ada yang baru.

Di samping itu, Pangi menilai, saat ini Prabowo juga mendapat penilaian yang tak baik dari publik yang semula pendukungnya. Hal ini lantaran Prabowo memilih bergabung bersama koalisi pemerintahan.

"Bisa saja 80 persen pendukung Prabowo kemarin banting setir semua," kata dia.

Prabowo awalnya diharapkan menjadi tokoh oposisi sebagai kekuatan penyeimbang sehingga kekuatan eksekutif tidak terlalu kuat. Namun, Prabowo justru menjadi anggota kabinet lawannya, Joko Widodo.

"Masyarakat banyak yang makin marah pada beliau, yang seharusnya menjadi simbol kritik terhadap pemerintah, simbol menyambung lidah rakyat, melakukan tekanan pada Pemerintah, tapi beliau masuk jadi pembantu presiden," kata Pangi.

photo
Executive Director of Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. - (Dok. Pribadi)

Soal terpilihnya Prabowo sebagai pimpinan partai, Pangi menilai hal tersebut adalah hal yang wajar dengan kultur parpol di Indonesia. Selama ini, parpol di Indonesia belum bisa melepaskan kultur sentralitas salah satu tokoh.

"Kalau misal Beliau jadi ketua umum, alasan partai banyak, untuk mempertahankan solidaritas, tokoh sentral tokoh menyatukan, dan pemimpin yang mengayomi," ujar dia.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai isu Prabowo jadi capres agaknya bakal menjadi kenyataan. Namun, ia tak bisa memprediksi tingkat kesuksesannya.

"Hampir 99,9 persen Prabowo akan maju jadi capres lagi di 2024," kata Direktur Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (7/6).

Ujang menyebut, ada beberapa faktor yang membuat Prabowo tampak ingin dan berpeluang maju lagi. Dengan kembali menjadi ketua umum, Ujang menilai Prabowo lebih mudah melangkah sebagai Capres.

"Karena jika dipegang oleh kader lain, maka akan kesulitan dalam memuluskan langkahnya menuju 2024. Karena bisa saja kader lain itu, berkeinginan juga jadi capres," kata dia.

Kemudian, tak ada calon pejawat atau incumbent karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak bisa maju lagi. Dengan peluang itu, Ujang menilai Prabowo bisa merasa memiliki peluang dan percaya diri. "Karena lawan-lawannya muka-muka baru di Piilpres 2024," kata pengajar politik Universitas Al-Azhar itu.

photo
Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto bersama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (dari kiri)  - (Republika/ Wihdan )

Survei Indobarometer pada Januari 2020 lalu menghasilkan sejumlah nama yang dianggap sebagai Capres terkuat untuk 2024. Nama-nama yang muncul di antaranya Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Sandiaga Uno. Prabowo masih menjadi yang terkuat saat itu.

Ketua Umum Partai Gerindra itu masih menjadi capres terkuat berdasarkan simulasi 22 nama. Dukungan publik tertinggi jatuh kepada Prabowo Subianto sebesar 22,5 persen, disusul Anies Baswedan 14.3 persen, Sandiaga Salahuddin Uno 8,1 persen, Ganjar Pranowo 7, 7 persen dan Tri Rismaharini 6, 8 persen.

"Keunggulan Prabowo tersebut terjadi jika Jokowi tidak ikut lagi bertarung di Pilpres 2024," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement