Senin 08 Jun 2020 17:12 WIB

Sosok Sahabat Pemegang Rahasia dari Rasulullah (3)

Ada seorang sahabat yang dijuluki pemegang rahasia dari Rasulullah.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Sosok Sahabat Pemegang Rahasia dari Rasulullah. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: Mgrol120
Sosok Sahabat Pemegang Rahasia dari Rasulullah. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Imam Adz Dzahabi menyebut Hudzaifah bin Al Yaman dalam kitabnya Siyar A’lam An Nubala dengan sebutan “Shahibus Sirri” (pemilik rahasia). Sebutan ini tidaklah berlebihan, karena Hudzaifah adalah salah satu sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah SAW untuk menyimpan beberapa informasi penting dan rahasia, dan para sahabat pun mengakui akan hal ini. Adz Dzahabi menulis, bahwa Rasulullah SAW. Memberikan informasi rahasia kepada Hudzaifah tentang data orang-orang Munafik di sekitar Rasul, juga beberapa konspirasi yang mereka rencanakan atas kaum muslimin.

Hadratusy Syaikh Achmad Asrori Al Ishaqi tatkala mendiskusikan bab “al ilmu dhahirun wa bathinun” (Dimensi eksoteris dan esoteris dalamIlmu) dalam Kitab Al Muntakhobat juga mengutip hadis yang di-takhrij oleh Abu Dawud riwayat dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata : “Rasulullah SAW. pernah berdiri di hadapan kami (khutbah), tidak ada sesuatu pun yang bakal terjadi hingga dating hari kiamat kecuali beliau jelaskan saat (beliau berdiri)itu. Maka hafallah orang yang hafal dan lupalah orang yang lupa, dan para sahabat telah mengetahui hal itu. Sungguh, aku dapat mengingat apa yang disampaikan saat itu, sebagaimana seorang laki-laki yang mengingat wajah orang yang pergi kemudian bertemu lagi.”

Dua riwayat di atas menggambarkan dengan begitu gamblang bagaimana kedudukan dan kecerdasan Hudzaifah bin Al Yaman. Bahwa beliau banyak mengetahui dimensi-dimensi esoteris dalam Islam sejak awal.

Mengenai kelebihan yang dimiliki oleh Hudzaifah ini, beberapa sahabat senior pun memberikan pengakuan dan apresiasi. Sahabat Umar misalnya, tatkala ia tau bahwa Hudzaifah mempunyai informasi mengenai data orang-orang munafik di sekitar Rasulullah SAW maka Umar memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Hudzaifah, “ Apakah namaku masuk dalam data orang-orang munafik yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. kepadamu, wahai Hudzaifah.?” ” Tidak,” jawab Hudzaifah. “ketahuilah, wahai Umar, aku tidak akan memberitaukan informasi ini kepada siapapun setelah engkau.” tambahnya.

Dalam kesempatan yang lain, sahabat Ali bin Abu Thalib pernah ditanya mengenai Hudzaifah bin Al Yaman, beliau menjawab, “ Ia (Hudzaifah) mengetahui data tentang orang-orang Munafik di sekitar Rasul, dan andai kalian bertanya kepada tentang konspirasi-konspirasi yang mereka rencanakan, niscaya ia (juga) mengetahuinya.”

Hudzaifah bin Al Yaman juga tercatat pernah diutus oleh Rasulullah SAW untuk menjadi mata-mata guna mencari informasi dari musuh pada saat terjadi perang Khandaq yang juga dikenal sebagai Pertempuran Al-Ahzab. Perang ini terjadi pada bulan Sya’ban (ada yang berpendapat bulan Syawal) tahun 5 H. atau pada tahun 627 M.

Perang yang berupa pengepungan kota Madinah ini dipelopori oleh pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy Mekah dan Yahudi Bani Nadir. Pengepungan ini dimulai pada 31 Maret 627 M. dan berakhir setelah 27 hari.

Pertempuran ini dinamai Pertempuran Khandaq karena parit yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran.  Salah satu tokoh penting dalam perang ini adalah sahabat dari Persia bernama Salman Al Farisi, yang mengusulkan untuk membangun parit yang kemudian dari sinilah peperangan ini dikenal dengan perang Khandaq/parit.

Penunjukan Hudzaifah untuk menjadi mata-mata bukan keputusan yang tiba-tiba dan langsung atau spontan, karena sebelum menunjuk Hudzaifah Rasulullah menawarkan kepada para sahabat, siapa yang bersedia menyusup ke wilayah musuh dalam rangka memastikan apakah pasukan Ahzab masih melakukan pengepungan atau sudah mundur.

Setalah menawarkan tiga kali namun tidak ada sahabat yang menjawab, akhirnya Rasulullah SAW menunjuk Hudzaifah untuk menjadi mata-mata. Kepadanya Rasulullah SAW berpesan agar jangan sampai membuat kegaduhan. Hudzaifah menceritakan ketika tiba di area pasukan musuh, “aku melihat Abu Sufyan menghangatkan dirinya dekat api. Kuambil panahku dan hendak aku bidikkan, tetapi aku teringat pesan Rasul SAW., maka aku membatalkan niatku.” Lalu aku kembali dan melaporkan kepada Rasul bahwa pasukan musuh sudah kembali ke Mekah. Saat itu aku dalam kondisi kedinginan, lalu Rasul memberiku sehelai kain penghangat yang biasa beliau gunakan dalam shalat. Aku pun tertidur hingga pagi. Ketika itu, Rasul menyapaku: “qum ya nauman” “bangunlah wahai yang banyak tidur.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement