Senin 08 Jun 2020 09:42 WIB

Kafe di Sri Lanka Tampung Turis Terdampar Akibat Pandemi

Sri Lanka membatalkan semua penerbangan akibat pandemi yang membuat turis terdampar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Ilustrasi bendera Sri Lanka
Foto: tangkapan layar World Atlas
Ilustrasi bendera Sri Lanka

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Banyak wisatawan yang datang untuk melihat air terjun dan pegunungan yang indah di hutan hujan Sri Lanka. Tapi tiba-tiba seluruh dunia di hantam pandemi virus corona dan banyak turis yang terjebak dan terlantar di negara itu.

Seperti negara-negara lain, Sri Lanka juga menutup perbatasannya dan semua penerbangan pun dibatalkan. Pemilik kafe di Ella yang terletak sekitar 200 kilometer dari ibu kota Kolombo turun tangan membantu para turis yang terdampar. Darshana Ratnayake menyediakan makanan gratis dan tempat penampungan.

Baca Juga

"Kami benar-benar terpukul, ini sangat luar biasa, datang dari masyarakat Barat, yang tidak memberikan apa-apa pada kami dan kami harus membayar semuanya yang sepertinya baik-baik saja, tapi di sini, warga lokal memberi kami, yakni para turis, makanan gratis dan akomodasi, benar-benar rendah hati," kata Alex Degmetich, warga asal Amerika Serikat, Ahad (7/6).

Sejak 20 Maret pemerintah Sri Lanka menerapkan karantina nasional, menutup seluruh negeri kepulauan Samudra Hindia itu. Degmetich seorang direktur kapal pesiar wisata, salah satu dari 40 turis yang berasal dari 11 negara yang terdampar di Ella.

Ella terkenal dengan jalurnya yang menarik banyak backpacker muda. Darshana tahu cepat atau lambat para turis itu akan kehabisan uang. Penginapan yang menyediakan sarapan pun kehabisan makanan.

Darshana benar, para turis muda memang hanya mampu membayar perjalanan. Tapi tidak untuk bertahan hidup di tengah pandemi. Putusnya rantai pasokan juga membuat banyak pondok penginapan kehabisan stok makanan.  

Tempat ketika jam malam diberlakukan, Darshana mempersiapkan daftar siapa saja yang tinggal di pondok penginapan dan mengirimkan kotak-kotak makanan ke para turis. Ia juga meyakinkan pemilik pondok untuk membiarkan para tamu tinggal dengan gratis.

"Mata pencaharian kami bergantung pada pariwisata, kami harus membantu turis ketika mereka dalam kesulitan, uang bukan segalanya, kami harus membantu dan berbagi di masa sulit seperti ini," kata Darshana.

Ketika industri pariwisata di Ella berhenti karena pandemi virus corona, Darshana juga menyumbang 5 juta rupee Sri Lanka atau 27 ribu dolar AS untuk pemandu wisata yang kehilangan pemasukan. Darshana mengatakan perang sipil mematikan yang berlangsung selama puluhan tahun sangat berdampak pada pariwisata di Ella. Setiap ada bom yang meledak di negara itu, jumlah wisatawan menurun drastis.

Selama 25 tahun Sri Lanka didera gerakan separatis komunitas Tamil. PBB memperkirakan ada sekitar 100 ribu orang yang terbunuh saat pasukan pemerintah menghancurkan pemberontakan itu pada 2009 lalu.  

Darshana mengatakan ketika perang berakhir jumlah wisatawan meningkat tajam.  Menurutnya rata-rata seribu orang per hari. Kini ia meningkatkan bantuannya pada turis dengan memberikan makan siang dan malam setiap hari.

Seorang turis dari Inggris, Rebecca Curwood-Moss mengatakan ia kehilangan harapan saat pemerintah Sri Lanka menerapkan jam malam. Menurutnya makanan yang diberikan Darshana tidak hanya mengisi perut yang kosong.

"Dalam kotak itu, kami tidak hanya menemukan nasi dan kari buatan rumah yang lezat, tapi kami juga menemukan harapan," kata  Curwood-Moss. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement