Senin 08 Jun 2020 11:34 WIB

Pegawai Toko Dipukuli, Sinyal Stres Meningkat Saat Pandemi

Pegawai toko di Kalifornia dipukul konsumen dinilai jadi bukti tingkat stres naik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Stres, ilustrasi
Foto: Pixabay
Stres, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Selama berpekan-pekan Samantha Clarke dengan tenang mendengarkan caci maki dan ancaman yang ia dan rekannya dengar dari konsumen yang marah. Hal itu karena mereka melarang konsumen masuk masuk toko Modesto di Kalifornia bila tidak mengenakan masker dan mematuhi peraturan pembatasan sosial virus korona.

Tapi ia tidak pernah menyangka akan dipukul hingga wajahnya berdarah. Sudah 17 tahun Clarke menggeluti bisnis ritel untuk pertama kalinya ia dipukul konsumen. Serangan  terjadi hanya karena ia mengatakan kolam renang yang diinginkan konsumen itu sudah terjual.  

Baca Juga

"Saya sudah dibisnis ritel seumur hidup saya, saya sudah di pekerjaan ini selama 17 tahun, dan saya tidak pernah mendengar ada yang diserang," kata Clarke dalam sambungan telepon setelah jam kerjanya, Senin (8/6).

Clarke retropeksi diri, ia mengatakan mungkin seharusnya ia tahu serangan itu akan terjadi. Ia mengaku selalu ada konsumen yang marah dengan pegawai toko.

"Tapi sangat jarang orang kehilangan kesabaran dan menyumpah serapah kami, kini setiap hari orang marah, terkadang berulang-ulang kali," katanya.

CEO dan presiden Asosiasi Pengusaha Ritel California Rachel Michelin mengatakan setelah berbulan-bulan hidup dengan berbagai larangan dan pembatasan yang diterapkan untuk memutus rantai penularan virus corona. Tingkat stres masyarakat jelas sudah mencapai titik tertingginya.

"Di mana-mana tingkat frustrasi sangat tinggi," kata Michelin pada pekan lalu.

Pernyataan Michelin seperti pertanda meletusnya unjuk rasa nasional di Amerika Serikat (AS) yang dipicu pembunuhan George Floyd, laki-laki kulit hitam yang tewas setelah dicekik dengan lutut oleh polisi kulit putih Derek Chauvin di Minneapolis. Walaupun unjuk rasa-unjuk rasa sudah berlangsung dengan damai pada awalnya, tetapi demonstrasi kerap diwarnai dengan kerusuhan dan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.

Clarke mengunggah foto wajahnya yang berdarah dan penjelasannya tentang bagaimana rasanya bekerja di bisnis ritel saat ini di Facebook. Unggahan tersebut dibagikan ribuan kali sehingga ia pun membuat halaman baru di media sosial yang berjudul Retail Life During Covid-19 (kehidupan toko ritel selama Covid-19). Hanya dalam beberapa hari akun tersebut diikuti puluhan ribu orang.

Ribuan orang berkomentar di unggahan tersebut dan banyak yang mengatakan Clarke harus segera mengontak polisi dan mengikuti pemulihan fisik dan emosional. Sejumlah komentar mengatakan mereka juga bekerja di bisnis ritel dan berkali-kali mengalami kekerasan dan pelecehan selama pandemi. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement