Senin 08 Jun 2020 21:04 WIB

Kasus DBD di Banyumas Hingga Awal Juni Capai 209 Penderita

Angka kasus DBD Banyumas tahun ini lebihtinggi dibandingkan 2019

Infografis Demam Berdarah Dengue.Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Dwi Mulyanto menyatakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya hingga awal bulan Juni 2020 mencapai 209 penderita.
Foto: Republika
Infografis Demam Berdarah Dengue.Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Dwi Mulyanto menyatakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya hingga awal bulan Juni 2020 mencapai 209 penderita.

REPUBLIKA.CO.ID,  PURWOKERTO -- Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Dwi Mulyanto menyatakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya hingga awal bulan Juni 2020 mencapai 209 penderita.

Ia mengatakan jika dibanding dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan karena selama periode Januari hingga Desember 2019 tercatat sebanyak 202 kasus DBD di Kabupaten Banyumas dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 10 orang.

Menurut dia, lonjakan tertinggi kasus DBD di Kabupaten Banyumas tahun 2020 terjadi pada bulan Februari dan Maret, sedangkan wilayah dengan kasus tertinggi di antaranya Kecamatan Wangon, Jatilawang, dan Purwokerto Timur.

"Lonjakan kasus DBD di Kabupaten Banyumas ini dipengaruhi oleh faktor kondisi cuaca yang tidak menentu, sehingga memudahkan nyamuk Aedes aegypti untuk tumbuh dan berkembang biak," tuturnya.

Selain itu, kata dia, peningkatan kasus DBD tersebut juga dipengaruhi oleh masih banyaknya warga yang melakukan pola hidup dengan menyimpan air di dalam tandon.

Akan tetapi selama masyarakat menjaga kebersihan, kata dia, kebiasaan menyimpan air dalam tandon tidak menjadi masalah asalkan rutin dikuras sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk.

"PSN itu merupakan cara efektif untuk mencegah DBD, sehingga semestinya seminggu sekali karena pola nyamuk menetas adalah 7-14 hari," jelasnya.

Dwi mengakui jika kegiatan PSN dalam dua bulan terakhir tidak berjalan maksimal karena masyarakat dan petugas lebih fokus terhadap pencegahan COVID-19.

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk menggerakkan kembali kegiatan PSN sebagai upaya pencegahan DBD.

Sebelumnya, Kepala Dinkes Kabupaten Banyumas Sadiyanto mengajak masyarakat bersemangat dalam melaksanakan PSN karena merupakan satu-satunya upaya yang paling efektif untuk mencegah DBD jika dibandingkan dengan pengasapan (fogging).

"Rata-rata masyarakat mesti kalau (ada yang) panas sedikit, fogging. Padahal kalau kita melakukan fogging, ada jentik nyamuk di dalam air, di-foggingtidak mati jentik-jentik nyamuknya. Ditinggal, tiga hari kemudian muncullah nyamuk, berarti fogging-nya hanya efektif tiga hari," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement