Selasa 09 Jun 2020 04:18 WIB

Kelompok Muda, Lebih Rentan Covid-19 Meski Cepat Sembuh

Kelompok muda dinilai rentan terpapar Covid-19 karena mobilitasnya tinggi

Sejumlah penumpang mengantre dengan menerapkan pembatasan jarak fisik saat akan menaiki KRL di Stasiun Sudirman, Jakarta, Senin (8/6). Pakar epideomologi Prof Ridwan Amiruddin mengemukakan kelompok muda lebih rentan terpapar COVID-19 meski angka kesembuhannya juga tinggi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah penumpang mengantre dengan menerapkan pembatasan jarak fisik saat akan menaiki KRL di Stasiun Sudirman, Jakarta, Senin (8/6). Pakar epideomologi Prof Ridwan Amiruddin mengemukakan kelompok muda lebih rentan terpapar COVID-19 meski angka kesembuhannya juga tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pakar epideomologi Prof Ridwan Amiruddin mengemukakan kelompok muda lebih rentan terpapar COVID-19 meski angka kesembuhannya juga tinggi.

"Jadi itu terkait dengan mobilitas kaum muda dalam beraktivitas, kerentanan tinggi tapi kesembuhannya juga tinggi," katanya saat dikonfirmasi di Makassar, Senin.

Hal itu terjadi, karena kaum muda memiliki mobilitas tinggi yang berarti tingkat aktifitas atau interaksinya dengan banyak orang juga dipastikan sangat tinggi. Sehingga risiko terpapar virus corona pun lebih besar.

Ketua Persatuan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) ini menyampaikan pula bahwa bagi masyarakat dengan umur di atas 51 tahun relatif paparan COVID-19 lebih rendah, tetapi kesembuhannya juga rendah.

"Mereka sangat berisiko bila mereka memiliki comorbid atau penyakit penyerta seperti DM (Diabetes Mellitus) jantung dan hypertension," kata Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas.

Hal senada telah disampaikan sebelumnya oleh

Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Pusat, Doni Monardo. Ia mengemukakan kelompok muda memiliki tingkat terpapar COVID-19 yang lebih tinggi meski resiko matinya rendah.

Hal itu ia disampaikan saat mengunjungi Posko Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sulsel di Balai Manunggal, Ahad.

"Kelompok masyarakat yang mobilitas tinggi harus hati-hati. Ketika kembali ke rumah harus liat keluarga di rumah, jangan sampai ada keluarga di rumah yang memiliki komorbit (penyakit penyerta) karena ini akibatnya fatal," katanya.

"Dengan kita mengetahui apa ancaman yang bisa membahayakan kita dan bisa tahu cara menyelamatkan diri, maka kita bisa melakukan kegiatan," sambungnya.

Pada kesempatan tersebut, juga hadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhajir Efendy dan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mendengarkan pemaparan oleh berbagai pihak dari Pemerintah Sulsel.

Sama halnya dengan Prof Ridwan, Doni juga menyebutkan tiga jenis penyakit penyerta yang berisiko tinggi di Sulsel yakni diabetes melitus, hipertensi dan jantung.

"Dengan data ini diharapkan warga Sulsel yang menderita tiga penyakit tersebut untuk betul-betul jaga diri, tidak banyak melakukan aktivitas dengan bertemu banyak orang di luar rumah. Sebaiknya lebih banyak di rumah kalau enggak penting enggak usah keluar," pintanya

Selain itu, Doni mengemukakan agar masyarakat bisa lebih mengontrol tangan yang dianggap sebagai sumber besar penyebaran COVID-19 dimulai dari tangan.

"Kita biasa tidak sadar menyentuh droplet penderita COVID-19, nah dari sana kita bisa terpapar dan bisa terinfeksi. Bisa jadi karena imunitas yang tidak bagus, maka bisa jadi sakit dan apabila kita punya komorbit maka di situ akan lebih fatal," jelasnya.

Sehingga Doni menekankan dan mengingatkan kepada warga Sulsel untuk terus disiplin memperhatikan protokol kesehatan. Dilengkapi dengan olahraga teratur, istirahat cukup, tidak boleh panik serta makan makanan bergizi dan sehat.

"Jadi kunci agar kita selamat yang pertama disiplin, kedua disiplin, ketiga disiplin terhadap protokol kesehatan, pake masker, jaga jarak dan cuci tangan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement