Selasa 09 Jun 2020 10:21 WIB

Studi: Lockdown Ketat Selamatkan 3 Juta Nyawa dari Covid-19

Lockdown ketat dinilai menyelamatkan 3 juta orang di 11 negara Eropa dari Covid-19.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pejalan kaki menyeberang jalan di Jembatan Southwark selama jam sibuk pagi hari di London, Senin (11/5) akibat lockdown,
Foto: AP / Kirsty Wigglesworth
Pejalan kaki menyeberang jalan di Jembatan Southwark selama jam sibuk pagi hari di London, Senin (11/5) akibat lockdown,

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah studi baru mengatakan, lockdown atau karantina wilayah yang dilakukan secara ketat berhasil mengurangi transmisi penularan virus corona baru atau Covid-19. Pembatasan ketat juga terbukti mencegah lebih dari 3 juta kematian di 11 negara Eropa.

Dilansir Aljazirah, penelitian oleh Imperial College London mencatat, pembatasan seperti perintah untuk tetap berada di rumah sangat memengaruhi dalam pengendalian penyebaran virus corona. Penelitian memperkirakan sekitar 3,1 juta kematian dapat dihindari dengan kebijakan lockdown di Jerman, Prancis, Italia, Inggris, Spanyol, Belgia, Austria, Denmark, Norwegia, Swedia, dan Swiss.

Baca Juga

Para ilmuwan menggunakan data Pusat Pengendalian Penyakit Eropa yang mencatat kematian di 11 negara dalam periode hingga 4 Mei. Mereka juga membandingkan jumlah kematian yang diamati di negara-negara dengan yang diprediksi oleh model jika tidak ada pembatasan yang diberlakukan.

Para peneliti juga menghitung bahwa intervensi wilayah menyebabkan jumlah reproduksi turun rata-rata 82 persen menjadi di bawah satu. Nomor reproduksi digunakan untuk menentukan berapa banyak orang yang terinfeksi oleh virus.

"Hasil kami menunjukkan intervensi nonfarmasi utama, dan lockdown pada khususnya, memiliki efek besar pada pengurangan penularan," kata para penulis dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Research dikutip Aljazirah, Selasa (9/6).

"Intervensi lanjutan harus dipertimbangkan untuk menjaga agar transmisi SARS-CoV-2 tetap terkendali," ujar mereka menambahkan.

Para peneliti memperkirakan, jika tidak ada tindakan yang diambil, secara kumulatif antara 12 juta dan 15 juta orang telah terinfeksi pada awal Mei di 11 negara yang sesuai dengan antara 3,2-4 persen dari populasi mereka. Jumlah itu berfluktuasi secara signifikan di antara negara-negara, dengan hanya 710 ribu orang di Jerman dianggap telah tertular virus atau 0,85 persen dari populasi.

Angka itu sebanding dengan Belgia dengan tingkat infeksi tertinggi di negara-negara yang menduduki angka 8 persen. Sementara itu,  di Spanyol sekitar 5,5 persen dari populasi atau 2,6 juta orang diperkirakan telah terinfeksi.

Para penulis mengatakan, karena intervensi seperti pembatasan acara publik dan penutupan sekolah diberlakukan secara berurutan, sulit untuk menghilangkan efek masing-masing secara terpisah. Namun, mereka menemukan bahwa tindakan pembatasan ketat memang memiliki efek yang dapat diidentifikasi dan substansial, mengurangi penularan sekitar 81 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement