Selasa 09 Jun 2020 13:29 WIB

Krisan Asal Kota Solok Makin Eksis di Tengah Pandemi

Pelaku usaha florikultura berinovasi membuat produk berbeda di tengah pandemi Covid

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemda Kota Solok mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan permintaan bunga krisan dalam kondisi pandemi ini. Bahkan permintaan krisan pot dalam tempo satu pekan habis 500 pot dibeli warga.
Foto: kementan
Pemda Kota Solok mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan permintaan bunga krisan dalam kondisi pandemi ini. Bahkan permintaan krisan pot dalam tempo satu pekan habis 500 pot dibeli warga.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda tanah air, beberapa sektor pertanian khususnya sektor tanaman hias atau florikultura terkena imbasnya. Lesunya pasar bunga yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia membuat perekonomian para petani florikultura tidak berjalan dengan optimal. 

Direktur Buah dan Florikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Liferdi Lukman mengungkapkan jika pasar florikultura sedikit meredup. Misalnya saja bunga dan daun potong yang memang sifat komoditasnya memiliki vaselife. "Masa kesegarannya terbatas. Sekitar dua minggu," ungkap Liferdi melalui keterangan, Selasa (9/6).

Menurut Liferdi, kondisi ini mengharuskan pelaku usaha florikultura untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi. Sesuai arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), meminta seluruh elemen masyarakat untuk bahu membahu mendorong inovasi di bidang pertanian.

Liferdi lantas mencontohkan Kabupaten Banjar. Mereka membuat hand sanitizer berbahan baku melati. Selain itu, di Kabupaten Cianjur, para petani berinisiatif menggelar bazaar Krisan di perkantoran dan membagikan karangan bunga untuk para paramedis sebagai ungkapan terimakasih.