REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, prediksi yang disampaikan Bank Dunia mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di kisaran nol persen pada 2020 memang bisa saja terjadi. Khususnya dengan melihat pelemahan daya beli maupun suplai.
Yusuf mengatakan, beragam indikator pendukung telah menguatkan argumen pelemahan daya beli. Sebut saja inflasi pada Ramadhan tahun ini yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Apabila dilihat data lebih detail, inflasi intinya bahkan menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Artinya perlambatan inflasi inti ini bisa menunjukkan indikator pelemahan daya beli," katanya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/6).
Yusuf menambahkan, jika inflasi inti tersebut disandingkan dengan indeks penjualan riil yang juga berada dalam tren penurunan, argumen terkait pelemahan daya beli semakin menguat.
Sementara itu, dari sisi usaha (suplai), banyak swasta menunda ekspansi usaha yang terbukti pada melambatnya permintaan kredit. Alih-alih ekspansi usaha, Yusuf menyebutkan, swasta lebih memilih melakukan restrukturisasi usaha karena cashflow yang memburuk karena pandemi.
Langkah swasta menahan ekspansi juga bisa tergambar dari indeks Purchasing Managers Index (PMI) yang mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir. Dengan berbagai indikator tersebut, Yusuf menekankan, prediksi Bank Dunia masih realistis.
"Bahkan, dalam skenario terburuk pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi pertumbuhan apabila dampak dari pandemi masih terasa sampai dengan kuartal tiga 2020," tuturnya.
Saat ini, Yusuf menjelaskan, keberlanjutan penyebaran virus menjadi faktor penentu kondisi ekonomi Indonesia maupun global. Artinya, apabila new normal di beberapa kota tidak dijalankan dengan protokoler kesehatan yang disiplin dan berkelanjutan, ekonomi berpotensi terus mengalami pukulan keras.
Yusuf memperingatkan, pertumbuhan kasus baru di suatu kota juga bisa ikut turut mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat di kota yang sudah menerapkan new normal. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan pandemi yang komprehensif dan sinergis.
"Mereka pasti akan lebih hati-hati dalam melakukan aktivitas, sehingga apa yang diharapkan dari new normal di kota-kota ini sebagai penggerak kembali ekonomi tidak akan berjalan secara optimal," ujar Yusuf.
Dalam laporan terbarunya berjudul Global Economic Prospects, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia pada 2020 hanya tumbuh nol persen. Proyeksi ini turun 5,1 poin persentase dibandingkan prediksi Bank Dunia pada Januari. Tapi, ekonomi Indonesia diperkirakan akan rebound pada tahun dengan dengan prediksi pertumbuhan 4,8 persen.