REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Kantor berita, ISNA melaporkan pada Senin (8/6), mahasiswa kedokteran di Iran sekarang diharuskan mengikuti kursus Kedokteran Islam.
Dilansir dari laman Al Arabiya Selasa (9/6), Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Iran menyatakan, lulus dari kursus ini merupakan kewajiban bagi mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, dan farmasi.
Pengobatan Islam bergantung pada perkataan para Imam untuk merawat pasien, dan menolak pengobatan modern.
Setelah wabah virus corona di Iran, beberapa pendukung pengobatan Islam di negara tersebut mengklaim memiliki obat untuk virus tersebut.
'Spesialis kedokteran Islam' mendesak Iran untuk minum air seni unta pada April. Mereka mengklaim dapat menyembuhkan beberapa penyakit termasuk virus corona.
Sebelumnya video seorang ulama memberikan pasien virus corona parfum untuk dicium sebagai obat untuk virus, di sebuah rumah sakit di Iran utara, menjadi viral di media sosial pada Maret. Kemudian salah satu pasien Covid-19 yang dikunjungi ulama meninggal beberapa hari kemudian.
Seorang ulama yang dianggap sebagai bapak pengobatan Islam oleh para pengikutnya di Iran, Abbas Tabrizian. Dia telah mengatakan pada awal kemunculan wabah di negara itu, bahwa memasukkan minyak beludru ke dalam anus dapat menyembuhkan virus.
Tabrizian juga telah membakar 'Harrison's Manual of Medicine' di antara para pengikutnya dalam sebuah video viral pada Januari. Lalu pada bulan berikutnya, tiga dokter Iran dijatuhi hukuman cambuk atas tuduhan menghina Tabrizian.
Pendukung dan pengikut pengobatan Islam di Iran dapat mempromosikan metode mereka, yang dianggap kurang baik. Hal ini karena persetujuan ulama kuat negara itu.