REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam berencana melanjutkan kembali layanan penerbangan dari dan ke negara-negara yang tidak lagi punya kasus baru Covid-19 selama 30 hari. Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc, mengatakan melalui siaran Vietnam Television (VTV), bahwa pemerintah akan memprioritaskan penerbangan ke Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Kamboja.
Namun, ia tidak menyebutkan penumpang yang tiba dari negara tersebut akan diwajibkan mengikuti program karantina. Padahal sebelumnya, hal ini telah dilakukan sejak pertengahan Maret.
Vietnam berhasil menjaga jumlah pasien positif tetap rendah di angka 332. Selama pandemi, Vietnam juga belum melaporkan ada korban jiwa akibat COVID-19, penyakit menular yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Setidaknya, puluhan ribu pendatang telah dikarantina di Vietnam.
"Vietnam berencana membuka kembali layanan penerbangan internasional dengan negara-negara yang tidak punya kasus baru COVID-19 selama 30 hari, tetapi langkah itu tetap dilakukan dengan hati-hati mengingat kerumitan dari pandemi ini," kata PM Phuc,
Komite Pengawas Nasional untuk Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 telah diperintahkan untuk membuat draf daftar negara-negara yang "aman", kata perdana menteri.
Namun, ia tidak menyebutkan terkait perbincangan antara Vietnam dengan negara-negara yang dituju serta maskapai penerbangan yang akan kembali diizinkan beroperasi. Walaupun demikian, beberapa destinasi yang jadi prioritas, di antaranya adalah Kota Guangzhou di China, Tokyo di Jepang, Seoul di Korea Selatan, Taiwan, Laos, dan Kamboja.
Pemerintah Vietnam pada Senin (8/6) melaporkan tiga kasus positif baru, yang seluruhnya merupakan penularan dari luar negeri. Vietnam, negara di kawasan Asia Tenggara, tidak melaporkan kasus penularan Covid-19 dari dalam negeri selama 54 hari.
Pemerintah sempat memberhentikan penerbangan internasional sejak 25 Maret dengan beberapa pengecualian. Otoritas setempat juga melarang warga asing masuk Vietnam sejak 22 Maret guna menekan penyebaran virus.