REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menuturkan, pesantren Tebuireng melakukan kajian yang komprehensif sebelum membuka kembali kegiatan belajar mengajar bagi santri. Kajian tersebut dengan melihat kondisi Covid-19 di sekitar pesantren, Jombang, dan Jawa Timur.
"Memang kelihatannya meningkat tetapi unsur penyebarannya kelihatannya menurun. Kita sedang monitor itu untuk mengambil data-data. Kita rapat terus sepekan sekali, berkoordinasi, mengumpulkan informasi terkait langkah-langkah selanjutnya," kata dia tutur dia kepada Republika.co.id, Selasa (9/6).
Gus Kikin menjelaskan, berdasarkan jadwal tahun ajaran baru ponpes, santri baru mulai masuk pada 20 Juni dan santri lama pada 27 Juni. Dalam rapat pun para pimpinan pesantren menggunakan tanggal 20 Juni itu sebagai asumsi awal masuknya para santri untuk mengikuti kegiatan belajar.
Namun, keputusan akhirnya belum diputuskan, apakah tetap pada 20 Juni atau diundur. "Sabtu ini baru kita bisa putuskan apakah tetap tanggal 20 ini atau kita ubah. Termasuk juga berapa banyak santri yang bisa kembali pada tahap awal," kata dia.
Kalau pun dibuka kembali, lanjut Gus Kikin, jumlah santri yang belajar di pesantren akan dibatasi. Tak menutup kemungkinan hanya sebagian santri yang belajar di ponpes dan sebagian lagi di rumah melalui daring. Ini dilakukan untuk mematuhi protokol kesehatan dari wabah Covid-19.
"Semangatnya adalah kegiatan belajar mengajar ini bisa dimulai, tetapi kita tetap memperhatikan protokol kesehatan. Nanti barangkali tidak seluruhnya kembali. Sebagian bisa mengikuti di pondok, sebagian di rumah, mungkin dengan daring. Jadi semuanya berjalan," imbuhnya.
Gus Kikin mengatakan, semua hal dipertimbangkan sebelum ponpes dibuka kembali. Mulai dari persiapan para guru maupun ustaz, persiapan pelaksanaan jaga jarak di lingkungan pesantren, sarana cuci tangan, dan pembinaan kepada para santri.
"Kalau menerapkan physical distancing, misalnya berapa kapasitas santri yang mampu ditampung area pesantren. Hal-hal seperti ini yang terus kita bahas," katanya.
Gus Kikin menyadari, ada desakan dari wali santri untuk membuka kembali kegiatan belajar mengajar di ponpes. Dia sendiri juga menginginkan para santri belajar kembali di ponpes karena menurutnya, kegiatan belajar ini tidak boleh terhenti begitu saja.
"Di sini dihuni 4.000 santri. Kalau kita mau menerapkan physical distancing, kan tinggal mengurangi saja. Artinya kegiatan belajar mengajar ini harus bisa dimulai," ucap dia.
Sejak Maret lalu, 4.000 santri Ponpes Tebuireng Jombang telah dipulangkan akibat pandemi virus Covid-19. Pemulangan santri ini juga dilakukan di seluruh ponpes cabang Tebuireng di berbagai daerah.