REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) NTB Bersaing salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Nusa Tenggara Barat kehilangan pendapatan sebesar 75 persen. Pendapatan yang hilang ini akibat melemahnya penyaluran kredit oleh bank mitra sejak merebaknya pandemi Covid-19.
"Kami kehilangan pendapatan hingga 75 persen, padahal proyeksi kami ada peningkatan pendapatan hingga 50 persen tahun ini," kata Direktur Utama PT Jamkrida NTB Bersaing, Indra Manticha, di Mataram, Selasa (9/6).
Ia mengatakan penurunan pendapatan tersebut tentu akan berpengaruh terhadap target dividen yang akan disetor kepada seluruh pemerintah daerah yang memiliki saham di PT Jamkrida NTB Bersaing.
Target dividen pada 2020 yang akan disetor pada 2021 awalnya sebesar Rp 1 miliar. Namun setelah melihat kondisi perekonomian selama pandemi Covid-19, target tersebut sudah direvisi menjadi Rp 200 juta.
"Kami sudah merevisi target setoran dividen karena Badan Pengelola Pendapatan Daerah NTB sudah meminta kami memberikan gambaran tentang potensi yang bisa diraih tahun ini," ujarnya.
Indra mengatakan pihaknya hanya bisa mengelola sumber-sumber pendapatan dari delapan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTB, dan beberapa BPR swasta yang menjadi mitra. Sementara dari produk surety bond tidak terlalu besar karena proyek banyak yang tertunda.
Ia juga berharap adanya percepatan pemulihan ekonomi dari kebijakan normal baru. Hal itu setidaknya akan membangun kembali kepercayaan dari unit usaha yang sudah bangkit, khususnya penyaluran kredit oleh bank.
"Saya berharap dengan adanya normal baru akan ada sedikit pemulihan ekoonomi, tentu tidak bisa 100 persen. Kalau 100 persen mungkin butuh satu atau dua tahun, kalau seketika tidak mungkin," kata Indra.