Selasa 09 Jun 2020 22:08 WIB

Terry Crews Tanggapi Kritik Tulisannya di Twitter

Crews dikritik terkait kicauannya di Twitter tentang rasisme.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Terry Crews dikritik terkait kicauannya di Twitter tentang rasisme (Foto: Terry Crews)
Foto: Wikimedia
Terry Crews dikritik terkait kicauannya di Twitter tentang rasisme (Foto: Terry Crews)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Amerika Terry Crews merespons serangan media sosial yang diterimanya di platform Twitter. Ia dikritik terkait kicauan rasisme.

“Kesetaraan adalah kebenaran. Suka atau tidak, kita semua bersama-sama, saya tidak mengatakan supremasi kulit hitam ada, karena itu tidak ada,” tulis Crews dilansir melalui Fox News, Selasa (9/6).

Baca Juga

“Saya mengatakan jika orang kulit hitam dan kulit putih tidak terus bekerja bersama, (maka) sikap dan dendam yang buruk dapat menciptakan kebenaran diri yang berbahaya. Itu saja,” lanjut Crews.

Aktor berusia 51 tahun dan pembawa acara “America's Got Talent” menguraikan posisinya dalam dua tweet pada Senin (8/6). Dia menegaskan pendiriannya berasal dari kecintaannya pada komunitas kulit hitam.

“Ketahuilah bahwa semua yang saya katakan berasal dari semangat cinta dan rekonsiliasi, untuk komunitas Black terlebih dahulu, lalu dunia secara keseluruhan, dengan harapan dapat melihat masa depan yang lebih baik bagi orang kulit hitam,” tulis Crews.

Dia percaya orang-orang tidak boleh mengalami pemikiran kelompok. Karena itu, penting bagi orang-orang menjaga pikirannya sendiri, serta boleh mengajukan pertanyaan yang sulit satu sama lain.

“Saya percaya dialog ini penting karena kita bisa melewati trauma ini bersama. Aku mencintaimu,” kata dia.

Crews berbagi perasaannya tentang kematian George Floyd ditangan anarkisme polisi pada 25 Mei lalu. Dia menulis unggahan di Instagram dengan tulisan bahwa hatinya hancur.

“George Floyd bisa jadi saya. Saya bisa dengan mudah menjadi pria di tanah, dengan ditindih lutut petugas polisi di leher,” ujar Crews.

Dia menambahkan, pembunuhan George Floyd memaksanya mencari tahu lagi apa yang bisa dirinya lakukan sebagai manusia. Dia ingin memastikan komunitasnya tak hanya dapat bertahan, tetapi berkembnag di dunia baru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement