Selasa 09 Jun 2020 22:30 WIB

Cerita Bandara Minangkabau yang Sepi Akibat Pandemi Covid-19

Sejak dua bulan terakhir, aktivitas di Bandara Internasional Minangkabau landai.

Petugas membersihkan area selasar di terminal kedatangan domestik, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat. Sejak dua bulan terakhir, aktivitas di BIM landai.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Petugas membersihkan area selasar di terminal kedatangan domestik, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat. Sejak dua bulan terakhir, aktivitas di BIM landai.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN -- Nada yang mengalun dari lagu Minang berjudul 'Tinggalah Kampuang' terdengar merdu dari pos penjagaan di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatra Barat, Ahad (8/6) siang. Dua orang petugas keamanan terlihat santai duduk di luar pos sembari menikmati nyanyian yang mengingatkan akan perjalanan anak muda yang hendak merantau meninggalkan kampung halaman tercinta Ranah Minang nan elok.

Sejak dua bulan terakhir, aktivitas di bandara yang merupakan pintu masuk ke Ranah Bundo tersebut, benar-benar landai akibat pandemi Covid-19. Pada pintu masuk hanya ada satu pos parkir yang aktif dari sebelumnya empat karena memang siapa pula yang hendak ke bandara di tengah pandemi begini.

Baca Juga

Area parkir inap kendaraan yang biasanya dipadati ratusan mobil dan sepeda motor kini kosong melompong dan semak belukar yang ada di sekitar terlihat mulai meninggi. Memang di sisi kiri apron terlihat 12 pesawat berbaris, namun jangan salah, itu adalah armada yang diparkir oleh maskapai sejak dua bulan terakhir.

Antrean taksi menunggu penumpang pun sudah tak terlihat, hanya pengemudi taksi daring yang masih tersisa itu pun jumlahnya tak banyak.

Deretan pertokoan mulai dari area pintu masuk keberangkatan hingga pintu kedatangan semuanya tutup pada siang itu.

Para porter bandara pun hanya terlihat beberapa dan bangku-bangku kosong menjadi saksi betapa wabah yang berasal dari Wuhan itu benar-benar memukul sektor transportasi. Di area keberangkatan terlihat beberapa meja panjang dan puluhan penumpang yang tengah mengisi dokumen perjalanan yang kemudian diperiksa oleh petugas.

Jika tak lengkap bersiap untuk ditolak alias tak bisa terbang. Tak ada tawar menawar sehingga pernah suatu kali penumpang pesawat hanya 10 orang dan sisanya batal karena tak layak syarat.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement