Rabu 10 Jun 2020 12:37 WIB

Menghindari Riya

Seseorang harus melaksanakan ibadah hanya karena Allah, bukan riya.

Red: Muhammad Hafil
Menghindari Riya. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Menghindari Riya. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah apa pun seharusnya diniatkan hanya karena Allah. Bukan untuk yang lainnya. Misalnya, untuk mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.  Seorang Muslim melakukan ibadah ini, harus dilandasi keinginan untuk mendapat ridha Allah. 

Ustaz Bobby Herbowo mengingatkan, bila seseorang melakukan ibadah hanya karena ingin mendapat pujian dari orang lain, maka ibadahnya itu tak akan memberikan apa-apa. Bahkan, orang yang melakukan hal ini, termasuk orang celaka. Allah berfirman, Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (QS al-Maa’uun: 4-6).

Baca Juga

Bahkan, dalam salah satu hadis qudsi, Rasulullah bersabda,  Syirik yang tersembunyi, yaitu orang yang melakukan shalat kemudian membaguskan shalatnya tatkala dilihat oleh orang lain.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).

Riya sendiri terbagi dalam tiga macam. Pertama,  riya perkataan di mana orang mengucapkan  kalimat-kalimat zikir maupun nasihat-nasihat, hanya untuk mendapatkan pujian dari orang banyak. Kedua riya perbuatan, di mana seseorang menunjukkan kekhusyukan shalatnya atau memberikan sedekah agar dinilai sebagai orang dermawan. Dan ketiga,  riya al-khafiy yang berarti riya’ yang tidak tampak atau tersembunyi.