REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya menilai banjir yang terjadi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, sudah menjadi langganan setiap hujan turun dengan intensitas tinggi. Penanggulangan selalu dilakukan, tapi untuk mengatasinya harus ada langkah serius agar banjir tak lagi terjadi di wilayah itu.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuaredidin mengatakan, setiap ada kejadian banjir di Kecamatan Sukaresik, pihaknya selalu mengusulkan untuk melakukan penanganan. Lantaran penyebab banjir itu merupakan luapan air dari Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy, penangannya harus melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy.
"Pertama, harus dilakukan sodetan di Sungai Cikidang dan normalisasi Sungai Citanduy sampai wilayah hulu," kata dia, Rabu (10/6).
Ia mengaku sudah sering berkoordinasi dengan BBWS Citanduy untuk melakukan penanganan jangka panjang banjir yang terjadi di Sukaresik. Bahkan, pihaknya sudah pernah membuat laporan langsung ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Bupati Tasikmalaya. Namun, hingga saat ini belum ada tindak lanjut penanganan banjir di Sukaresik.
Selain itu, penegakan hukum juga harus dilakukan dengan tegas. Sebab, mulai banyak warga yang mendirikan bangunan di bantaran sungai dan menyebabkan sungai semakin menyempit.
"Pemkab Tasikmalaya dan Ciamis harus menyadarkan masyarakat agar tidak membangun di bantaran sungai," kata dia.
Sebelumnya, banjir akibat luapan Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang kembali menerjang Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, pada Rabu pagi. Berdasarkan catatan Republika, banjir akibat luapan Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy itu telah terjadi empat kali sejak awal 2020.
Kepala Desa Tanjungsari, Amas mengatakan, banjir yang terjadi kali ini menyebabkan sekira 50 rumah terendam dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Sementara ketingguan air di jalan bisa mencapai 1 meter. Akibatnya, aktivitas ratusan warga di tiga kedusunan wilayah itu terdampak akibat banjir.
"Banjir ini merupakan luapan dari Sungai Citanduy dan Cikidang. Naiknya ke pemukiman sekira pukul 06.00 WIB," kata dia, Rabu.
Kendati demikian, menurut dia, tak ada warga yang mengungsi. Warga yang rumahnya terendam hanya melakukan evaluasi barang-barang yang terendam banjir ke tempat yang lebih tinggi.
Selain merendam rumah dan jalan, banjir juga menerjang sawah warga. Setidaknya, terdapat 45 hektare sawah warga yang terendam banjir.
Amas mengatakan, sawah-sawah itu baru ditanami oleh pemiliknya. Karena terendam banjir, padi yang baru ditanam itu berpotensi rusak.